New York, aktual.com – Indeks-indeks utama saham Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Sabtu (4/2) pagi WIB, setelah data ketenagakerjaan yang mengejutkan kuat memicu kekhawatiran tentang tindakan agresif Federal Reserve, sementara investor mencerna beragam laporan keuangan perusahaan megacap.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 127,93 poin atau 0,38 persen, menjadi menetap di 33.926,01 poin. Indeks S&P 500 merosot 43,28 poin atau 1,04 persen, menjadi berakhir di 4.136,48 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 193,86 poin atau 1,59 persen, menjadi ditutup pada 12.006,95 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumer non-primer dan jasa-jasa komunikasi masing-masing terpuruk 3,11 persen dan 2,22 persen, memimpin kerugian.

Untuk minggu ini, Dow tergelincir hampir 0,2 persen, S&P 500 naik 1,6 persen dan Nasdaq naik 3,3 persen.

Reaksi pasar di atas muncul karena laporan pekerjaan AS untuk Januari yang kuat memicu kekhawatiran atas suku bunga yang lebih tinggi.

Pengusaha-pengusaha AS menambahkan 517.000 pekerjaan pada Januari, menghancurkan perkiraan, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Jumat (3/2/2023). Pertumbuhan lapangan kerja yang besar diperparah oleh rendahnya tingkat pengangguran baru, yang turun dari 3,5 persen menjadi 3,4 persen, terendah baru dalam 54 tahun.

Baik pasar maupun Federal Reserve tidak mengantisipasi data pekerjaan yang begitu kuat, Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial, mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat (3/2/2023). Di sisi The Fed, “pasar tenaga kerja yang sangat ketat adalah alasan paling kuat untuk mempertahankan kenaikan suku bunga,” katanya.

Laporan pekerjaan “merupakan kejutan yang luar biasa dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan Fed selanjutnya,” kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco. “Apa yang menurut saya menyebabkan beberapa volatilitas adalah pasar mencoba memahami bagaimana Fed akan memandang hal ini.”

The Fed pada Rabu (1/2/2023) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, meningkatkan kisaran target untuk suku bunga dana federal menjadi 4,5-4,75 persen, karena terus berjuang melawan inflasi.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan Fed mengakui bahwa laju inflasi telah mereda, tetapi “akan sangat dini untuk menyatakan kemenangan.”

Powell mengatakan bahwa dengan pasar tenaga kerja yang masih ketat, dia mengharapkan kenaikan “berkelanjutan” guna membuat kebijakan moneter “cukup restriktif” untuk merekayasa pasar kerja yang lebih seimbang dan menurunkan inflasi yang terlalu tinggi.

Dia merujuk pada kenaikan suku bunga “beberapa lagi”, memberi kesan bahwa siklus semakin mendekati akhir.

“Pasar menginterpretasikan pertemuan FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) Rabu (1/2/2023) dengan sikap dovish,” tetapi “komentar Fed juga mengandung lebih banyak elemen hawkish,” kata analis UBS pada Jumat (3/2/2023).

The Fed tetap khawatir tentang risiko berbuat terlalu sedikit, catat mereka, menambahkan bahwa “kami terus percaya bahwa pasar telah bergerak terlalu jauh dan terlalu cepat dalam menilai perubahan arah dovish dalam kebijakan Fed.”

Saham Apple, perusahaan AS terbesar berdasarkan nilai pasar, naik 2,4 persen, setelah memperkirakan bahwa pendapatannya akan turun untuk kuartal kedua berturut-turut tetapi penjualan iPhone kemungkinan akan meningkat karena produksi telah kembali normal di China.

Saham Amazon merosot 8,4 persen karena perusahaan mengatakan laba operasi bisa turun menjadi nol pada kuartal saat ini karena penghematan dari PHK tidak menutupi dampak keuangan dari konsumen dan pelanggan cloud yang menekan pengeluaran.

Saham Alphabet turun 2,7 persen setelah induk Google membukukan laba kuartal keempat dan penjualan di bawah ekspektasi Wall Street. Dalam berita korporasi lainnya, saham Ford Motor jatuh 7,6 persen setelah pembuat mobil memprediksi tahun depan yang sulit.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Rizky Zulkarnain