Jakarta, Aktual.com — Di tengah melonjaknya kebutuhan konten orisinal dari industri film dan platform OTT, pemerintah menilai Indonesia membutuhkan regenerasi penulis skenario dalam jumlah besar. Tanpa suplai talenta baru, produksi cerita nasional dikhawatirkan tidak mampu mengejar permintaan pasar. Karena itu, Kementerian Ekonomi Kreatif menjadikan penguatan talenta penulis skenario sebagai salah satu prioritas strategis untuk menjaga daya saing industri kreatif.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menegaskan bahwa kebutuhan industri terhadap cerita baru semakin mendesak. Regenerasi, kata dia, tidak hanya menyangkut kreativitas, tetapi juga keberlanjutan industri. “Dari perkembangan program ini terlihat jelas bahwa kita terus mencari cerita dan menulis skenario baru. Regenerasi sangat penting karena talenta-talenta baru inilah yang menentukan arah konten Indonesia,” ujarnya.

Irene menjelaskan bahwa kekuatan utama Indonesia terletak pada ragam cerita yang tersebar di seluruh wilayah. Mulai dari budaya, keseharian masyarakat, hingga kisah hiper-lokal, semuanya memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi karya bernilai nasional maupun global. “Banyak cerita lokal yang relevan dan bisa dibawa ke skala internasional bila diolah dengan tepat,” tegasnya.

Program yang telah berjalan sejak 2020 ini mengalami perkembangan besar. Jika awalnya hanya melibatkan lima portal, kini program telah menjangkau 29 provinsi. Tahun ini jumlah peserta mencapai 400–500 orang, dengan sekitar 60 persen lolos kurasi tahap pertama sebelum mengerucut menjadi 65 naskah unggulan. Kurator mencatat banyak karya sudah tampak kuat hanya dari sinopsis singkatnya.

Menurut Irene, kemampuan teknis menulis skenario bukan lagi menjadi persoalan utama. Tantangan terbesarnya adalah kemampuan menjual karya dan memahami kebutuhan pasar. “Scriptwriter kita sebenarnya jago. Yang kurang itu kemampuan menjual. Karena itu program ini juga membangun jejaring dan membuka akses pasar,” jelasnya.

Pemerintah kemudian mempertemukan penulis dengan production house, platform OTT, dan kurator guna membuka peluang kolaborasi. Irene menekankan pentingnya hubungan profesional yang adil dan seimbang. “Win-win deal itu wajib. Kalau hanya satu pihak yang untung, kerja samanya tak akan bertahan,” katanya.

Melalui pendekatan end-to-end yang mencakup pembinaan hingga komersialisasi, Irene optimistis industri konten Indonesia akan semakin kuat menghadapi persaingan global.

(RACHMA PUTRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi