Bali, Aktual.com – Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara menyoroti pentingnya reformasi kebijakan di tengah tantangan fragmentasi geoekonomi global.
Suahasil mencermati fenomena ini sebagai dampak dari pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah.
“Jumlah pembatasan perdagangan dan investasi asing langsung (FDI) telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2018, di mana pola perdagangan bergeser, seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang merespons ketidakpastian kebijakan dan mencari cara untuk melindungi rantai pasokan mereka dari risiko geopolitik. FDI juga semakin terkonsentrasi di negara-negara yang secara geopolitik memiliki kesamaan (friendshoring),”ujar Suahasil Dalam Annual International Forum of Economic Development and Public Policy (AIFED) 2023 di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/12).
Suahasil menyoroti upaya Indonesia untuk mengantisipasi dinamika global.
Ia merinci tiga kunci strategi kebijakan pemerintah, yaitu menjaga stabilitas ekonomi makro dengan respons kebijakan yang hati-hati, dukungan fiskal tepat sasaran, khususnya bagi kelompok rentan, dan membangun keberlanjutan pertumbuhan jangka panjang melalui reformasi struktural komprehensif.
Terkait kerja sama multilateral, Suahasil menekankan perlunya reformasi lembaga-lembaga internasional untuk menjaga keadilan dan pemerintahan inklusif.
“Reformasi dapat mencakup upaya untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan global,” katanya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Managing Director of Development Policy and Partnership di Bank Dunia, Mari Elka Pangestu.
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang dalam pergeseran situasi ekonomi politik global, terutama terkait relokasi dan peralihan perdagangan dari Tiongkok dan Amerika Serikat.
Pangestu menyoroti fenomena persaingan hijau dan perdagangan hijau yang membuka peluang ekspor komoditas hijau dan teknologi yang semakin meningkat.
“Indonesia perlu mendorong reformasi dengan mengintegrasikan kebijakan iklim dengan pembangunan. Selain itu, perlu adanya investasi pada sumber daya manusia, teknologi, dan institusi. Dari sektor perdagangan, Indonesia perlu menurunkan border barriers, menyiapkan fasilitas perdagangan dengan baik, dan mendorong perubahan yang konstruktif,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Firgi Erliansyah
Jalil