Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Republik Indonesia, Harvick Hasnul Qolbi mengunjungi Peternakan Sapi Perah Terintegrasi dengan lahan seluas 600 hektar di Van der Ham Bollewick, Jerman, pada Selasa (24/1/2024).
Wamentan mengungkapkan dengan jumlah populasi sapi sebanyak 500 ekor, peternakan tersebut mampu memproduksi susu rata-rata 10 hingga 12 ribu liter per ekor tiap tahunnya. Hasil produksi itu sudah langsung terintegrasi dengan industri pengolahan susu.
“Total produksi susu segar per tahun itu 2 juta liter, yang sebagian besar langsung dijual ke industri pengolahan susu dengan harga rata-rata hanya 0.80 Euro per liter,” kata Wamentan Harvick dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta.
Menurutnya, harga jual di pabrik pengolahan susu di Jerman terbilang cukup rendah. Wamentan menambahkan, sekitar 10 persen atau 2 ribu liter dari produksi susu tersebut diolah secara mandiri dan dijual langsung ke konsumen dengan harga 1.7 Euro per liter atau sekitar Rp29 ribu.
Wamentan pun mengaku kagum dengan budidaya sapi perah terintegrasi tersebut. Sebab hal ini dapat memberikan nilai tambah untuk para peternak.
“Sehingga total hasil penjualan susu per tahun sekitar Rp 78.2 miliar. Ini luar biasa karena bisa memberikan nilai ekonomi yang cukup baik bagi para peternak sapi perah,” ujarnya.
Bahkan peternakan tersebut juga mampu menyumbangkan setiap hari 12 ribu porsi susu kemasan 200 ml kepada anak anak sekolah dasar kelas 1 -4.
Selain itu, penghasilan lain yang lebih besar diperoleh dari pengolahan biogas (setara 600 kilo watt per hari) yang mampu memenuhi kebutuhan hingga 12 ribu rumah tangga. Harga biogas itu dipatok sebesar 50 euro per bulan per rumah tangga, sehingga penjualan biogas ditaksir mencapai Rp 122,4 miliar per tahun.
Wamentan pun berharap kondisi peternakan sapi perah di Indonesia dapat berkembang seperti di Jerman. Sebab hingga saat ini jumlah produksi susu nasional hanya mampu memenuhi 24 persen dari total kebutuhan. Oleh karena itu, program peningkatan populasi sapi perah pasca Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) akan terus digenjot.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi