Jakarta, Aktual.com- Asosiasi Pengelola Perhutanan Sosial Indonesia (AP2SI) berkolaborasi dengan Forum Intelektual Muda (FIM) melakukan diskusi dengan tajuk “Mengurai Problematika Petani Indonesia”, Selasa 7 September 2021.
Diskusi yang diselenggarakan di ruang Catur Gatra Kementerian Pertanian RI dan disiarkan secara online ini dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian RI Harvick Hasnul Qolbi, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDM Kementan RI Dr. Leli Nuryati, Ketua Asosiasi Pengelola Perhutanan Sosial (AP2SI) Roni Usman Kesuma, perwakilan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rina Fitri, dan sejumlah elemen civil society lainnya.
Dr. Leli Nuryati selaku Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDM Kementan RI menyampaikan bahwa sinergi antara pemerintah dan organisasi terkait sangat penting agar informasi dari atas bisa terserap.
“Secara garis besar, BPPSDMP Kementan itu terbagi kepada tiga tugas. Pertama penyuluhan, kedua pendidikan, dan ketiga pelatihan. Setelah itu baru masing-masing ada turunan teknisnya”, papar beliau.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian RI Harvick Hasnul Qolbi memberikan pengarahan terkait ikhtiar mengurai problematika utama pertanian.
“Pertama tentu soal lahan, kedua akses modal, dan ketiga adalah pasar”, pungkasnya.
“Sosialisasi KUR Pertanian terus kita lakukan agar semua bisa akses pada sisi permodalan. Lalu tentang market (pasar) juga, kita terus mendorong hilirisasi agar ada nilai tambah”, terang Wamentan RI yang kerap disapa Uda Wamen ini.
“Oleh karena itu kepada teman-teman Kepala Daerah baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, saya terus mendorong One Company for One Local Government. Jadi setidaknya satu kabupaten atau kota itu punta satu perusda di bidang pangan”, papar Harvick.
Dalam diskusi yang berlangsung sekitar dua kali enam puluh menit tersebut, Roni Usman Kesuma Ketua Umum AP2SI berterima kasih dan mengharapkan ke depan sinergitas antara pemerintah dan civil society bisa terjalin baik, sehingga permasalahan-permasalahan di lapangan terkait pertanian di wilayah perhutanan sosial secara khusus, bisa menemukan jalan keluarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi