Indramayu, Aktual.com – Tak hanya tidurnya saja yang terganggu, waktu bersama keluarganya pun tersita karena harus menangani proses pemulasaraan jenazah pasien Covid-19. Ya, itu dialami oleh Hari Nuryani.

Nuryani merupakan salah satu relawan pemulasaraan jenazah Covid-19 di wilayah Indramayu, Jawa Barat. Nuryani kadang baru bisa pulang ke rumah saat subuh kalau harus menangani banyak pasien Covid-19 dalam sehari.

“Kalau kasus kematian lagi meningkat, sehari kita bisa memakamkan empat sampai enam orang. Dan ketika lokasinya jauh, kita juga harus pulang subuh,” kata Nuryani kepada wartawan, Jumat (30/7).

Sebagai relawan pemulasaraan jenazah penderita Covid-19, perempuan berusia 49 tahun yang biasa disapa Yani itu juga harus siaga 24 jam. Sewaktu-waktu dia bisa menerima panggilan untuk mengurus jenazah pasien. Kadang dia menerima panggilan untuk bertugas ketika hendak tidur malam.

Bersama timnya, Yani bertugas mengurus jenazah pasien Covid-19, mulai dari memandikan, mengafani, dan membungkus jenazah menggunakan plastik serta memasukkannya ke dalam peti jenazah hingga memakamkannya.

Sebagai anggota Unit Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Indramayu, Yani sebenarnya sudah biasa mengurusi jenazah. Namun jenazah penderita Covid-19 membutuhkan penanganan yang berbeda.

Petugas harus menerapkan protokol khusus dalam pemulasaraan dan pemakaman jenazah penderita penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona tersebut. Prosesnya juga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemulasaraan dan pemakaman biasa.

Selain itu, petugas juga menghadapi risiko tertular virus corona saat bekerja. Guna meminimalkan risiko tertular virus, Yani berusaha menjaga ketahanan tubuh dan menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Demi menjaga keselamatan diri dan keluarga yang menanti di rumah, ibu dari tiga anak itu selalu mengenakan alat pelindung diri lengkap saat bertugas Dia juga beristirahat saat merasa lelah agar kondisi tubuh tetap terjaga.

“Alhamdulillah sampai sekarang (belum pernah tertular Covid-19). Kita harus bisa memproteksi, kalau badan sudah tidak enak lebih baik istirahat,” katanya.

Yani juga selalu berdoa kepada sang pencipta supaya senantiasa dilindungi saat menjalankan tugas. Doa menjadi penguat bagi Yani, yang menjadi relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 sejak November 2020.

Demi Sesama

Yani menjadi relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 saat beberapa rumah sakit di Indramayu kewalahan menangani peningkatan kasus kematian pada penderita infeksi virus corona dan meminta bantuan ke BPBD Indramayu.

Dia langsung menyatakan kesanggupan saat pemimpin BPBD Indramayu menugaskan dia untuk menjadi relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19.

Yani bertugas mengurusi pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di dua rumah sakit di Kabupaten Indramayu dan kadang membantu menangani pemakaman warga di daerah tempat tinggalnya.

Sebagai relawan pemulasaraan jenazah, ia kadang mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan atau penolakan dari keluarga warga yang meninggal dan warga sekitarnya.

Namun perlakuan tersebut tidak mematahkan semangat Yani untuk menjalankan tugas dan membantu sesama.

“Kita tidak berharap apa-apa sebenarnya, kalau ada keluarga yang mengucapkan terima kasih itu sudah cukup,” kata Yani.

Dia juga berharap seluruh warga berusaha menjaga kesehatan diri dan keluarga dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan supaya kasus penularan Covid-19 bisa ditekan dan penderita infeksi virus corona yang meninggal dunia terus berkurang.

Kalau orang-orang mengabaikan protokol kesehatan, maka penularan virus corona akan sulit dikendalikan dan rumah sakit serta petugas pemakaman bisa kewalahan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara