Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mendesak KPK untuk mengusut kasus dugaan percobaan manipulasi dalam proses pengadaan minyak mentah oleh ISC Pertamina melalui pemenang tender yakni, Glencore.
Menurut Yusri, penolakan yang dilakukan oleh Pertamina terhadap dua kargo minyak kiriman Glencore hanyalah lantaran faktor terlebih dahulu terungkap ke permukaan publik, sehingga ISC Pertamina dengan terpaksa melakukan penolakan terhadap minyak yang tidak sesuai komposisi pesanan tersebut.
“ISC-Pertamina terpaksa menolak dua kargo minyak oplosan yang disuplai oleh Glencore, Pertamina merugi karena membeli minyak mentah pengganti lainnya di pasar bebas dengan harga lebih mahal. Ini dilakukan untuk menghindari kilang berhenti beroperasi dan bisa menyebabkan kelangkaan BBM di masyarakat,” kata Yusri, di Jakarta, Jumat (23/9).
Dalam perhitungan Yusri, potensi kebocoran akibat komposisi minyak yang tidak sesuai tersebut mencapai USD 10 per barel. Dari kesepakatan kontrak, seharusnya minyak yang di kirim 70% Sarir dan 30% Mesla, namun ternyata realisasinya kebalikan dari kesepakatan.
Selain minyak jenis Sarir dan Masla yang dibeli melalui Glencore, Yusri juga mengungkapkan bahwa terdapat minyak lainnya sebanyak 600 ribu barel yang akan dibawa ke kilang Balongan dan Balikpapan.
“Ini harus dianalisa komposisinya pada laboratorium oleh penegak hukum, agar dapat diketahui apakah spesifikasi tehnisnya minyak mentah yang disuplai itu telah sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak. Dalam hal kualitas inilah sering permainan itu terjadi, selain permainan jumlah volume yang diterima di kilang. Jadi kita juga terkecoh dengan harga murah yang sering disebut sebagai sebuah prestasi ISC-Pertamina,” tegasnya.
Terkait dua kargo yang telah ditolak, Yusri menekankan agar penegak hukum memastikan bahwa kapal tersebut telah keluar dari Indonesia, karena dia khawatirkan penolakan yang disampaikan Pertamina hanya sebatas kamuflase.
“Penegak hukum harus memonitor pergerakan dua kapal tangker MT Tatiki dan MT Stavenger Blossom yang membawa kargo minyak oplosan karena dikhawatirkan bisa saja dengan modus memindahkan minyak tersebut ke kapal lain dan masuk lagi ke kilang Pertamina,” tandasnya.
(Laporan: Dadangsah)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka