Jakarta, Aktual.com – Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap perguruan tinggi negeri (PTN) dapat mencetak peneliti dan menerbitkan hasil penelitian akademis dengan nilai komersial tinggi, sehingga dapat menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

“Saya memandang bahwa salah satu tugas utama perguruan tinggi adalah membantu mencetak tenaga-tenaga peneliti yang mampu melakukan riset yang bermanfaat dan memiliki nilai komersial yang tinggi,” kata Ma’ruf Amin saat menyampaikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke-63 Universitas Diponegoro (Undip) secara daring di Jakarta, Kamis (15/10).

Riset yang berkualitas berpengaruh pada inovasi, kata Ma’ruf. Riset merupakan upaya sistematis untuk menggali pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan yang ada dengan cara lebih baik, jelasnya.

“Sementara inovasi adalah hasil akhir dari berbagai upaya yang kita lakukan, termasuk dari aktivitas riset,” tukasnya.

Perbandingan alokasi anggaran riset dengan produk domestik bruto (PDB), lanjut Ma’ruf, menjadi salah satu indikator keberhasilan riset di suatu negara. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia termasuk rendah dalam hal pengalokasian anggaran riset.

“Indonesia sendiri meskipun telah mencatat kenaikan lebih dari 150 persen dari tahun 2013, anggaran riset kita masih di bawah 0,3 persen dari PDB pada tahun 2019,” katanya.

Singapura dan Malaysia memiliki alokasi anggaran riset cukup besar, yakni 2,6 persen dan 1,3 persen, dibandingkan dengan PDB mereka. Sementara di tingkat Asia, Korea Selatan dan Jepang masih lebih tinggi dengan alokasi dana riset dan pengembangan (research and developmenti) sebesar 4,3 persen dan 3,5 persen dari PDB.

Pemerintah pun terus berupaya meningkatkan alokasi anggaran riset dan pengembangan di Indonesia, kata Ma’ruf. Namun, kemampuan sumber daya manusia riset di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam.

“Sekedar memberikan perbandingan antara Indonesia dan Vietnam, dua negara ASEAN yang sama-sama saat ini menjadi tujuan utama investasi asing, jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang per 1.000.000 penduduk, dibandingkan Vietnam yang mencapai 673 per 1.000.000 penduduk,” jelasnya.

Oleh karena itu, Wapres berharap seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, untuk dapat mendorong para akademisinya dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian.

“Oleh karena itu, saya mengharapkan agar Undip dapat mengambil peran tersebut secara lebih efektif,” ujarnya. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin