Jakarta, Aktual.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla, menjelaskan perbedaan penanganan tanggap darurat pascagempa bumi di Lombok dan Palu dimana pemerintah menerima bantuan asing untuk Palu.
“Ini (gempa Palu) terjadi di perkotaan. Jadi di perkotaan itu berbeda dengan pedesaan, kalau di pedesaan seperti Lombok, di luar kota maksudnya, itu ekonomi tetap jalan karena tanaman masih ada, padi masih ada, tembakau masih ada, jadi tidak apa-apa,” kata Wapres di kantornya, Jakarta, Selasa (2/10).
Ketika bencana gempa bumi melanda Lombok, Busa Tenggara Barat, kondisi perekonomian daerah saat itu masih berjalan, karena secara teknis jaringan komunikasi, saran apelabuhan dan bandara masih berfungsi.
Sementara di Donggala, Palu dan beberapa area di Sulawesi Tengah, jaringan komunikasi dan listrik mati total, serta Banda SIS Al-Jufrie mengalami kerusakan, sehingga bantuan menjadi tersendat.
“Jadi kalau di Lombok kita masih bisa ke toko beli sesuatu. Ini (di Palu) semua (toko) tutup. Ini kenapa kelihatan panik di Palu? karena listrik dan komunikasi tiba-tiba mati. Kalau satu juta orang tiba-tiba kehilangan ‘handphone’ nya, pasti panik,” jelas JK.
Ketiadaan koneksi jaringan komunikasi dan listrik menyebabkan warga sekitar menjadi resah karena tidak dapat berhubungan dengan daerah di luar Palu, ditambah kondisi daerah mencengangkan pascagempa.
Wapres mengatakan perbaikan jaringan komunikasi dan listrik untuk semua daerah terdampak bencana memerlukan waktu lama. Akibatnya, penyaluran bantuan secara merata juga tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.
“Listrik itu butuh berminggu-minggu baru bisa menyala, karena dikasih genset untuk daerah-daerah tertentu. Begitu pula ‘handphone’, walaupun sudah menyala BTS-nya, tetapi bagaimana men-‘charge’ telepon kalau tidak ada listrik,” katanya.
Untuk saat ini, pemerintah mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi serta pencarian korban meninggal sekaligus pembersihan daerah bencana dari reruntuhan gempa bumi dan tsunami.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: