Jakarta, Aktual.com – Perbedaan penentuan tanggal 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri antara dua organisasi Islam di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) seperti menjadi ‘santapan’ rutin di Indonesia jelang akhir bulan Ramadhan.
Namun untuk tahun ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap tidak ada perbedaan penentuan hari Lebaran.
“Mudah-mudahan besok tidak ada perbedaan hari Lebaran, sebab menurut perhitungan hisab dan bulan hilal (bulan) berada di atas dua derajat. Sehingga istilahnya kan rukyat diyakini bahwa itu (hilal) dapat dilihat,” kata JK, di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (16/7).
Jika hilal sudah terlihat dan memenuhi syarat di malam pemantauan, ujar Kalla, maka keesokan harinya bisa ditetapkan sebagai Hari Raya Idul Fitri.
Tutur dia, melihat hilai bisa melalui dua cara. Yakni melihat dengan mata dan dengan keyakinan ilmu, dan dengan metode perhitungan.
“Maka kita ini melihat dengan ilmu. Allah mengharuskan kita menuntut ilmu agar kita tidak hanya bisa melihat dengan mata, tetapi juga dengan ilmu. Jadi saya yakin pemerintah dapat menyatakan tidak berbeda besok, karena jelas dua derajat,” ucap dia.
Kalla menyampaikan bahwa pemerintah tentunya memiliki pandangan sesuai ajaran agama dalam menentukan 1 Syawal. Dia juga mengaku sudah membicarakan hal itu dengan pimpinan organisasi Islam terkait penentuan 1 Syawal.
Diketahui, pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah secara resmi menetapkan 1 Syawal 1436 Hijriah jatuh pada hari Jumat (17/7).
Artikel ini ditulis oleh: