Jakarta, Aktual.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengingatkan kepada dunia perbankan agar tidak menciptakan kesenjangan di kalangan masyarakat dengan tetap memberlakukan suku bunga tinggi.
Bahkan dengan ada kesenjangan dan tidak adanya pemerataan akibat suku bunga tinggi pada akhirnya akan berdampak pada kejatuhan negara. Di mata JK, dengan suku bunga tinggi membuat perbankan telah memakan pertumbuhan.
“Selama ini bank telah memakan pertumbuhan ekonomi kita. Padahal negara membutuhkan pertumbuhan dan lapangan kerja,” tandas JK di Jakarta, Selasa (15/3).
Padahal yang seharusnya terjadi, prinsip perbankan itu harus bertumbuh berdasarkan pertumbuhan ekonomi, bukan seperti selama ini yang didari oleh pertumbuhan suku bunga yang nyaman di double digit.
Menurut dia, keberhasilan sebuah negara harus ditopang oleh dua aspek sosial dan ekonomi, yakni kemakmuran yang membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan keadilan masyarakat yang membutuhkan pemerataan. Karena dengan dua hal itu, negara akan terus hidup.
“Karena tidak ada negara yang jatuh karena penurunan pertumbuhan ekonomi, tetapi banyak negara jatuh karena tidak ada pemerataan,” cetusnya lagi dengan nada sinis.
Dia memberi conToh adanya krisis 1998 maupun 2008 yang dialami Indonesia. Krisis waktu itu mencuat justru karena melalui jalur finansial, terutama sektor perbankan.
Untuk itu, lanjut dia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus mendorong inklusi keuangan untuk menciptakan pemerataan.
“Upaya paling utama untuk mendorong pemerataan ekonomi harus dimulai dari penurunan tingkat suku bunga kredit untuk kelompok ekonomi di level bawah,” tegas Wapres.
Makanya, pemerintah dan regulator tentu harus terus berupaya agar suku bunga rendah itu bisa dinikmati oleh sebagian besar masyarakat.
“Pemerintah juga harus mengubah sistemnys agar yang lemah mendapatkan bunga rendah dan lebih efisien,” janji dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka