Pemandangan sawah Subak Lepang  dengan latar belakang Gunung Agung di Desa Rendang, Kalrangasem, Bali (2/10). Akibat gempuran pariwisata dan perkembangan jaman, menimbulkan dampak alih fungsi lahan khususnya disektor pertanian yang merembet ke Subak atau sistem pengairan ciri khas sistem irigasi di Bali. Sistem Subak di Bali tidak hanya sebagai warisan budaya yang terdaftar sebagai badan warisan dunia Unesco sejak tahun 2012 sehingga hal ini tidak saja menjadi tanggung jawab masyarakat Bali untuk menjaga sistem pengairan subak. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Pengungsi asal Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali berharap keadaan Gunung Agung kembali kondusif pascapenurunan status dari awas ke siaga, sehingga masyarakat sekitar lereng dapat melanjutkan aktivitas seperti biasa.

“Kami berharap kembali seperti dulu. Kalau seperti sekarang kerja susah. Tidak bisa cari makan dan hanya mengandalkan uluran tangan orang,” kata Nyoman Kisid (60), seorang penjual jagung di Besakih, Rabu (1/11).

Keadaan serba tak menentu mengakibatkan dia tetap bertahan di pengungsian di wilayah Desa Menanga. Keadaan di pengungsian pun serba kekurangan karena memang persediaan logistik kian menipis saja.

Kisid mengaku hanya mendapatkan makan seadanya. Tempat istirahat pun sekedar saja. Satu balai desa atau banjar ditempati puluhan orang.

Setelah hampir satu bulan lebih mengungsi, hal yang paling disesalkan adalah tidak dapat bekerja seperti biasa sebagai penjual makanan ringan di Pura Besakih.

Selama berstatus awas, Pura terbesar di Pulau Dewata tersebut ditutup untuk aktivitas pariwisata. Mata pencahariannya pun terhenti sejak (22/9) lalu.

“Saya tidak berjualan sejak status awas itu. Keluarga kami pun terpaksa jual sapi karena takut gunung akan meletus. Harga sapi sangat murah, jauh dari harga pasaran,” terang dia.

Nyoman Berata (70), pengungsi lain mengakui tidak biasa berbuat banyak di pengungsian karena memang tidak memiliki keahlian lain selain berdagang.

“Saya bisanya hanya berdagang saja. Tidak biasa yang lain. Kalau di pengungsian apa yang saya jual. Modal juga sudah habis untuk kebutuhan hidup sehari-hari,” demikian Berata.

Sebelumnya, Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menurunkan status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Bali dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga).

Dari penurunan status tersebut, enam desa yakni Jungutan, Ban, Sebudi, Dukuh, Buwana Giri dan Besakih masuk dalam kawasan rawan bencana radius enam kilometer dan perluasan 7,5 sektoral kilometer.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: