Pekerja menata tabung gas elpiji 3 kilogram di Depot and Filling Station LPG Pertamina Plumpang, Jakarta, Selasa (3/11). Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja berharap sekitar 20 persen konsumen gas elpiji bersubsidi tiga kilogram dapat beralih ke elpiji 5,5 kilogram nonsubsidi agar subsidi dapat dialihkan ke infrastruktur, kesehatan, dan lainnya. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./pd/15

Bandung, Aktual.com – Sejumlah warga di Kabupaten Garut, Jawa Barat mengeluhkan harga jual eceran gas 3 kilogram subsidi yang mencapai Rp25 ribu di kawasan perkotaan.

“Harga jual gas di warung sampai Rp25 ribu, padahal saya rumahnya di kawasan kota, kalau di daerah yang jauh dari kota mungkin wajar mahal juga,” kata Agus warga Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Sabtu (29/10).

Warga di kampungnya sudah lama mengeluhkan harga jual gas yang mencapai Rp25 ribu per tabung. Padahal, lanjut dia, harga jual yang ditetapkan Pertamina konon seharga Rp16 ribuan per tabung 3 kg.

“Kalau benar di Pertaminanya Rp16 ribuan, kenapa sampai di eceran harganya Rp25 ribu, selisihnya besar,” katanya.

Menurut dia harga jual mencapai Rp25 ribu di pengecer terlalu membebani masyarakat, terutama kalangan tidak mampu. Pemerintah diharapkan, dapat mengendalikan harga penjualan gas subsidi tersebut agar tidak terlalu memberatkan masyarakat kurang mampu.

“Saya harap pemerintah bisa mencari dan menindak pihak yang menjual gas tidak sesuai dengan ketentuan,” katanya.

Keluhan sama disampaikan warga Kecamatan Samarang, Kusuma (29) mengatakan harga jual gas di eceran mencapai Rp24 ribu bahkan Rp25 ribu per tabungnya.

Ibu rumah tangga itu mengaku tidak tahu penyebab harga jual gas subsidi semahal itu. “Kalau lihat spanduk di SPBU yang jual gas 3 kilo harganya ditulis Rp16 ribu, tapi kenapa sampai ke warung Rp25 ribu,” katanya.

Pengecer gas subsidi di Kecamatan Samarang Yatno mengatakan gas 3 kg yang dijualnya hanya mengambil untung Rp1.000 dari harga jual ke pelanggannya Rp25 ribu.

Dia mengatakan harga gas yang dijualnya itu mengikuti dari harga yang dujual oleh pemasok. “Saya ngambil keuntungannya tidak besar, kalau dari sananya Rp24 ribu, saya jual Rp25 ribu,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu