Warga RW 03, Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, melakukan "Perang Tomat" saat "Ruwatan Bumi", di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (4/11). Ritual "Perang Tomat" merupakan simbolisasi membuang segala bentuk hal buruk bagi masyarakat, terutama penyakit tanaman yang diungkapkan dengan melempar tomat busuk. ANTARA FOTO/Agus Bebeng/ama/15

Bandung, Aktual.com – Warga Kampung Cikareumbi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (4/11), menggelar tradisi Rempug Tarung Adu Tomat atau perang buah tomat antar warga, sebagai cara beryukur berlimpahnya hasil bumi sekaligus menghilangkan berbagai sifat buruk manusia.

“Hasil panen sayuran terutama tomat sangat melimpah dan patut disyukuri, cara mensyukuri rezeki dari hasil bumi masyarakat Kampung Cikareumbi dengan mengadakan perang tomat,” kata Budayawan Sunda disela-sela kegiatan di Desa Cikidang Kecamatan Lembang.

Ia menuturkan awal digelarnya tradisi perang tomat ketika petani Kampung Cikareumbi melimpah panen tomat kemudian lama dibiarkan hingga akhirnya busuk tahun 2011.

Selanjutnya warga berpikir untuk memanfaatkan tomat busuk tersebut dengan cara menggelar perang tomat sebagai cara membuang segala hal yang sial serta menghilangkan sifat tidak baik.

“Waktu itu daripada dibuang akhirnya sejak tahun 2012 tomat-tomat yang busuk ini menjadi peluru yang digunakan dalam perang tomat,” katanya.

Kegiatan tersebut merupakan puncak acara, sebelumnya digelar arak-arakan yang membawa berbagai hasil panen jenis sayuran dengan diiringi lantunan musik tradisional khas sunda.

Panitia menyediakan tomat yang sudah busuk sebanyak dua ton untuk dihabiskan oleh warga dalam kegiatan perang-perangan tersebut.

Peserta perang yang terbagi dalam dua tim itu wajib memakai baju pangsi hitam dan pelindung kepala serta tameng yang dibuat dari anyaman bambu.

Abah Nanu mengungkapkan tujuan lain dari perang tomat yaitu untuk dijadikan objek wisata budaya dan tradisi yang mampu menarik wisatawan luar daerah bekunjung ke Kampuung Cikareumbi.

“Kami harap bisa menjadi daya tarik masyarakat luar agar mau datang dan membeli hasil pertanian warga lokal,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: