Jakarta, Aktual.co —Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Lasiana Kupang mengimbau warga Kupang Nusa Tenggara Timur untuk tidak mengkhawatirkan suhu panas yang saat ini melanda daerah setempat dengan tekanan maksimal mencapai 35 derajat celcius.
“Kondisi cuaca seperti suhu panas akibat musim kemarau ini wajar terjadi. Hal ini sesuai dengan karakteristik daerah setempat yang tandus serta berada di kawasan pantai yang umumnya memiliki suhu panas,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Juli Setiyanto, di Kupang, Minggu.
Ia mengatakan hal terkait cuaca ekstrem berupa sush panas yang kini dirasakan sebagaian besar warga NTT sejak Juni dan memuncak diakhir Oktober 2014.
“Umumnya daerah-daerah di wilayah utara khatolistiwa yang merasakan langsung dampak badai tropis Jelawat di perairan Filipina berupa hujan, sementara di luar itu tidak ada, kecuali cuaca panas,” katanya.
Dampak yang justru dirasakan di perairan NTT adalah suhu dan temparatur udara pada siang hari mencapai 34 derajat celsius, sehingga suhu panas sangat dirasakan terutama di Kupang.
“Pada siang ini tepat pukul 12.00 WITA, temperatur udara di sebagian besar wilayah NTT seperti Kupang dan sekitaranya mencapai 34 derajat Celsius. Kondisi tersebut berbeda dengan hari-hari biasanya di mana temperatur minimum NTT 32-33 derajat Celsius,” katanya.
“Kondisi alam ini (suhu naik hingga 34-35 derajat celsius) terjadi karena matahari berada di titik kulminasi atau tepat di atas Kota Kupang sehingga menyebabkan proses besarnya penguapan air laut sampai timbul awan komulatif dan menyebabkan mendung,” katanya.
Ia mengatakan dampak langsung dari suhu panas di musim kemarau ini adalah kekeringan pada 17 bahkan 19 daerah di Nusa Tenggara Timur dan telah berujung pada krisis air, sawah puso, konflik perebutan air dan beberapa masalah lainnya.
“Pemerintah telah melakukan berbagai antisipasi mengghadapi ancaman tersebut baik secara lokal maupun nasional, sehingga meskipun ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan berat, masih dapat bertahan dengan sisa debit air yang ada dan bantuan lainnya yang sedang dalam proses penyaluran,” katanya.
Ia mengatakan secara nasional pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyelesaikan rencana aksi terpadu menghadapi kekeringan 2014, dengan tangkinisasi, sumur bor dan lainnya.
Untuk daerah NTT, diharapkan dapat memberdayakan bendung dan bendungan serta sarana penampung air bersih yang tersedia untuk menghadapi ancaman krisis air bersih pada puncak musim kamarau 2014.
Sebelumnya Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, menegaskan perlunya kebijakan nasional dalam menghadapi perubahan iklim serta keterlibatan semua sektor.
“Dampak perubahan iklim serta upaya adaptasi mitigasi. Selanjutnya perlu konsep pembangunan berwawasan lingkungan,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: