Seorang Ibu rumah tangga merendam kain batik di Kampung Batik di Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (2/10). Kampung Batik Palbatu berdiri pada tahun 2011, berawal dari ide seorang pecinta batik. Salah satu upaya melestarikan budaya batik di Jakarta, Kampoeng Batik Palbatu menawarkan program belajar membatik yang dapat dilakukan untuk semua kalangan, mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com — Seorang warga Kota Madiun, Jawa Timur, mengreasikan dan mengembangkan sebuah motif untuk kain batik dengan tema nasipecel yang menjadi makanan khas daerah setempat.

Pengembang motif batik “Pecelan” tersebut adalah Sri Murniati, warga Jalan Halmahera, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun. Adapun motif pecelan, terdiri dari motif daun pepaya, daun ketela, cabai, kembang turi, butiran nasi, dan lainnya yang merupakan paduan bahan dari makanan nasi pecel.

“Kami berusaha melestarikan batik budaya bangsa. Sedangkan, nasi pecel adalah makanan khas Madiun yang akhirnya menjadi inspirasi untuk dibuat corak atau motif batik,” ujar Murni kepada wartawan, di Madiun, Sabtu (3/10).

Selain motif pecelan, hasil bumi dan kejayaan yang pernah ada di Kota Madiun juga menjadi inspirasi untuk membuat motif lain. Maka terciptalah batik tulis khas Kota Madiun bernama Batik Seger Arum.

Ia menjelaskan, Seger diambil dari hasil bumi Kota Madiun yang dulu bisa dibanggakan yaitu Jeruk Nambangan. Namun sayang, jeruk tersebut kini sulit didapatkan karena minimnya lahan untuk menanamnya.

Sedangkan Arum, terinspirasi dari keris Tundung Madiun yang merupakan senjata sakti milik pendiri Kadipaten Madiun. Pada keris tersebut selalu dililit bunga melati yang dironce dan menyebarkan bau harum.

“Keduanya digabung hingga terbentuklah motif Seger Arum. Di mana, segarnya berasal dari Jeruk Nambangan dan arumnya dari harum bunga melati yang melilit keris Tundung Madiun,” ungkap Murni.

Ia menambahkan, untuk membuat satu lemar batik tulis, dibutuhkan waktu hingga empat hari. Adapun, proses pembuatannya harus telaten, mulai dari tahap perebusan kain calon batik dengan tawas, tahap desain, pewarnaan, hingga penjemuran.

Untuk harga, sangat bervariasi. Mulai dari puluhan ribu Rupiah hingga ratusan ribu Rupiah per lembarnya. Bahkan ada juga batik yang harganya mencapai jutaan Rupiah. Untuk batik tulis, tentu harganya lebih mahal dibanding batik cap.

Murni menambahkan, bertepatan dengan momentum perayaan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, pihaknya ingin agar masyarakat Indonesia dan Kota Madiun untuk lebih mencintai batik sebagai warisan budaya.

“Batik adalah budaya kita yang telah diakui dunia. Maka sudah sepantasnya, sebagai bangsa Indonesia untuk menjaga dan melestarikannya,” tuturnya.

Di rumah produksinya yang sederhana di Jalan Halmahera Madiun, Murni dibantu dengan sejumlah karyawannya, terus berkomitmen untuk melestarikan budaya bangsa berupa batik dan terlebih batik khas Kota Madiun Pecelan dan Seger Arum.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka