Jakarta, Aktual.co — Muslim Sunni dan banyak mengamati hubungan antar-umat beragama di Negara-negara Arab kepada Redaktur Senior Aktual.co, Satrio Arismunandar. Satrio melaporkan langsung dari Baghdad, ibukota Irak, Jumat (27/2).
“Saddam Hussein ketika berkuasa melarang semua perayaan hari keagamaan Syiah. Warga Syiah di Baghdad dilarang berziarah ke Karbala, kota suci Syiah. Yang ketahuan melanggar akan langsung ditembak mati oleh aparat Saddam. Saddam juga menempatkan suku-suku Sunni yang disuruh tinggal di sekitar kota Baghdad, sehingga Saddam merasa aman,” ujar diplomat itu.
Namun warga Syiah di Baghdad secara diam-diam, dengan berjalan kaki lewat jalan-jalan kampung dan menghindari jalan raya, tetap berusaha berangkat ke Karbala, yang terletak di selatan Baghdad. Dalam perjalanan jauh dengan jalan kaki itulah, warga Syiah harus lewat, mampir, bahkan menginap dan bermalam di kampung-kampung warga Sunni. Warga Sunni mengetahui hal ini, tetapi justru merekalah yang melindungi dan menyelamatkan warga Syiah dari kejaran aparat keamanan.
“Bahkan Walikota Karbala yang penganut Sunni, waktu itu berani menentang perintah Saddam, dengan membiarkan warga Syiah yang ditemuinya untuk berziarah dan melakukan ritual keagamaan di Karbala. Itulah sebabnya, ketika Saddam Hussein jatuh dan mantan walikota itu mau dihukum mati karena dianggap pejabatnya Saddam, justru warga Syiah Karbala yang memohon pada pemerintah agar mantan walikota Sunni itu dibebaskan dari hukuman mati. Hal-hal semacam inilah yang umat Islam di Indonesia, yang kini ribut soal Sunni-Syiah, tidak banyak tahu,” tutur diplomat Asia tersebut, dengan nada prihatin, kepada Aktual.co.
Artikel ini ditulis oleh:

















