Jakarta, Aktual.com – Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang dimenangkan oleh Donald Trump dari Partai Republik juga akan menyebabkan efek berantai yang tak mengenakan bagi Indonesia.

Menurut ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, dengan kemenangan ini, dalam jangka menengah dan ke depan, investor dunia akan banyak melihat ketidakpastian di AS yang kian meningkat.

Sehingga dengan kondisi itu, investor akan keluar dari AS dan mencari investasi dan menempatkan dananya ke negara emerging market yang sudah terkoreksi.

“Sehingga, pola investasi mereka akan switch dari develop market ke emerging market. Dan juga mereka akan mencari safe havens asset bukan dalam bentuk USD. Karena USD sendiri cenderung melemah terhadap mata uang kuat dunia lainnya,” papar Lana di Jakarta, Rabu (9/11).

Dan aset investasi yang aman biasanya ada di emas. Sehingga, kata dia, jika harga emas meningkat, maka harga komoditas lainnya juga yang basisnya tambang akan ikut terkerek lain.

“Jika tambang meningkat, tentu akan banyak membantu Indonesia. Karena kita punya comodity base ekspor yang cukup besar,” jelas dia.

Selain itu, Lana juga mengingatkan, biasanya jika pemenang pilpres AS dari Partai Republik, akan terjadi invasi ke negara lain. Dan ini dampaknya membuat harga minyak mentah dunia akan merangkak naik.

Sehingga, kalau harga minyak mentah naik maka untuk jangka pendek harga komoditas akan terbantu. Namun yang perlu diingat, pemerintah masih punya PR, karena energi di dalam negeri belum sampai ke ketahanan energi.

“Jika kondisi itu harga minyak mentah naik, maka sudah pasti harga BBM (bahan bakar minyak) juga akan naik. Dan kalau harga BBM naik sudah pasti inflasi kita juga akan naik. Ditambah harga komoditas lain naik yang mengikuti harga komoditas pangan yang juga naik,” papar Lana.

Jadi, jika kondisi itubterjadi, lonjakan inflasi dipengaruhi oleh dua sumber penting, yaitu harga komoditas pangan naik dan harga BBM naik.

“Ini yang perlu kehati-hatian di 2017 nanti. Target pemerintah untuk menekan inflasi di 4 persen diprediksi tak tervapai. Justru akan lebih tinggi lagi. Jika harga minyak dunia bisa US$ 65 per barrel, maka inflasi bisa ke angka 6,5 persen,” ungkap dia.

Makanya, kata dia, dengan kondisi global saat inibyang ditandai kemenangan Trump, pemerintah Indonesia perlu semakin hati-hati untuk mengantisipasi laju inflasi.

“Karena ada potensi terkait dengan harga bahan makanan, harga BBM yang akan naik setelah Partai Republik menang ini,” tutup dia.

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby