Jakarta, Aktual.com – Vice President Corporate Communication Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro membantah adanya keterikatan kontrak impor Liquefied natural gas (LNG) dari negara Amerika Serikat (AS).

Dia menjelaskan bahwa perusahaan Pertamina sangat berhati-hati dalam menjalankan bisnisnya. Terlebih dalam hal impor LNG mesti dilihat dari keekonomian kompetitif harga.

“Tidak ada dari AS. Kita itu kalau mengincar harus jelas, kita cari harga yang paling kompetitif. Kita lihat impor dari Iran lebih kompetitif dan ada kepastian suplai,” kata Wianda kepada di Jakarta, Rabu (18/1).

Sebelumnya Mantan Ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, Faisal Basri yang juga merupakan Ekonom Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan motif pencaplokan PT PGN (Persero) Tbk oleh PT Pertamina (Persero) melalui holding, tak lepas dari keterikatan kontrak Pertamina terhadap Impor LNG secara besar-besaran dari berbagai sumber, termasuk dari AS.

Berdasarkan hasil penelusurannya bahwa usulan holding energi yang mencaplok PGN berdasarkan insiatif Pertamina dibisiki oleh Wood Mackenzie. Sedangkan Pertamina jelas Faisal merupakan nasabah terpenting di dunia bagi Wood Mackenzie.

“Saya telah menelusuri holding ini inisiatif dari Pertamina yang dibuat oleh Wood Mackenzie, diketahui bahwa Pertamina merupakan nasbah terpenting di dunia bagi Mackenzie dan kebetulan Direktur keuangannya mantan Mackenzie juga. Banyak sekali kajian yang dipakai Kementerian BUMN mengunakan rujukan Mackenzie,” kata Faisal

Adapun alasan mendasar motif penguasaan PGN ini karena Pertamina terlanjur melakukan penandatanganan kontrak impor LNG 6 juta ton per tahun dari berbagai sumber yang akan dimulai pada tahun 2019, kemudian yang masih dalam penjajakan sebesar 10.5 juta ton.

Dengan kondisi ini dipastikan Pertamina akan mengalami kerugian lantaran faktor pengaruh harga. Yang terpenting dari kontrak ini, jika tidak optimal serapan dalam negeri maka akan memberatkan bagi pertamina. Oleh karena itu tumbuh semangat menggebu pada Pertamina ingin menguasai PGN yang diketahui banyak menguasai pasar atau konsumen.

“Bisa saya tunjukkan ternyata Pertamina telah meneken kontrak impor 6 juta ton LNG pertahun, belum yang di jajakin 10.5 juta. Itu hampir bisa dipastikan pertamina akan rugi karena pengaruh harga. Jadi ada jutaan gas yang sudah dikontrak, kalau tidak diserap dalam negeri akan terasa berat. Supaya mengurangi resiko itu, ya sudah, PGN dikuasai supaya ada dalam satu komando untuk menyelamatkan kontrak peratmina itu,” tandas Faisal.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka