Semarang, Aktual.com – Masyarakat yang senang mempelajari sejarah sekaligus menyukai tantangan misteri, perlu mencoba mengunjungi Lawang Sewu yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Lawang Sewu dalam Bahasa Indonesia berarti Pintu Seribu. Sebutan itu diberikan, karena gedung ini memiliki banyak pintu dan jendela berukuran besar dengan corak kuno.
Gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda C.Citroen dari Firma J.F. Klinkhamer dan B.J. Quendag pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Gedung ini awalnya digunakan untuk kantor “Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij” atau NIS, perusahaan kereta api Belanda.
Bagian depan bangunan bersejarah ini dihiasi menara kembar model “gothic” dan terbagi menjadi dua area, memanjang kebelakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah. Arsitektur Lawang Sewu bergaya art deco yang bercirikan ekslusif yang berkembang pada era 1850-1940 di Benua Eropa.
Bangunan ini menghadap ke Taman Wilhelmina yang sekarang lebih dikenal sebagai Tugu Muda. Di depan Lawang Sewu dulu melintas rel trem kota Semarang, tapi sekarang ini tak ada lintasan rel dan sudah berubah menjadi jalan raya ramai menjadi lalu-lalang kendaraan bermotor, sepeda dan becak.
Pada 1942 saat Jepang mengambil alih pemerintahan Belanda di Indonesia, bangunan itu juga dikuasai oleh Jepang.
Salah satu ruang bangunan yang terletak di ruang bawah tanah gedung ini yang sebelumnya merupakan saluran pembuangan air, diubah menjadi penjara bawah tanah sekaligus saluran pembuangan air. Gedung ini juga menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang yang terkenal dengan sebutan Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober 1945-19 Oktober 1945).
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, beberapa tahun kemudian pemerintah membangun sebuah prasasti di halaman Taman Wilhelmina yang sekarang dikenal sebagai Tugu Muda Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah.
Mengingat Lawang Sewu mempunyai nilai sejarah penting, maka Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Konon menurut cerita, ruang bawah tanah yang terdapat di salah satu gedung Lawang Sewu tersebut, pada masa penjajahan Jepang selain sebagai tempat pembuangan air, juga menjadi tempat penyiksaan warga Indonesia yang tertangkap oleh penjajah.
“Mereka ditawan dalam ruangan yang pengap, berair dan tidak diberi makanan sehingga banyak yang tewas di situ,” kata seorang pemandu wisata Lawang Sewu Masuhartono.
Masuhartono yang sudah menjadi pemandu wisata di Lawang Sewu selama empat tahun mengatakan, banyak pengunjung Lawang Sewu yang ingin mengunjungi ruang bawah tanah itu, asalkan memang memiliki nyali yang kuat.
Dari pengalaman mengantar wisatawan mengunjungi bangunan bersejarah tersebut, lokasi tempat penyiksaan itu memang paling favorit dikunjungi dan wisatawan banyak bertanya untuk mendapatkan informasi lebih banyak.
“Pengunjung biasanya tidak terlalu tertarik kalau mendengarkan sejarah kereta api seperti yang fotonya dipajang. Tapi kalau saya ceritakan mengenai tempat penyiksaan dan banyak hal-hal mistis di penjara bawah tanah itu, mereka sangat antusias mendengarnya,” kata Masuhartono.
Bagi pengunjung yang memiliki kemampuan indera keenam atau memiliki kemampuan supranatural, ruangan itu memang sangat menyeramkan bahkan mereka bisa mendengar teriakan walau di situ tak ada lagi penyiksaan.
“Pernah waktu itu saya mengantar tamu ternyata dia memiliki kemampuan supranatural. Lalu si tamu menangis dan gak tahan berdiri lama di depan lorong pengap itu, karena mengaku bisa melihat penyiksaan saat itu,” katanya.
Tak hanya di situ, mereka yang memiliki kemampuan supranatural konon sering melihat orang-orang Belanda berambut pirang dan menggunakan pakaian ala Eropa berkeliaran di dalam Gedung Lawang Sewu, terutama pada sore hingga malam hari.
Deandra, salah seorang pengunjung yang memiliki indera keenam, mengakui dirinya beberapa kali melihat penampakan nona dan anak kecil Belanda berdiri di depan sejumlah pintu dan jendela.
“Di situ ada beberapa anak kecil bule yang sedang bermain,” katanya sambil menunjuk sebuah lorong panjang di salah satu gedung Lawang Sewu.
Masuhartono pun ikut membenarkan kemampuan indera keenam Deandra tersebut dan mengatakan bahwa hal-hal gaib masih sering ditemui di bangunan tua ini.
“Bahkan beberapa orang suka melihat ada anak kecil Belanda sedang bermain di lokomotif tua berwarna hitam yang sengaja dipasang di dekat pintu masuk Lawang Sewu,” katanya.
Ada lagi kejadian menarik lainnya seperti dituturkan Masuhartono. Saat itu usai maghrib ada pengunjung datang ke Lawang Sewu dan setelah sekian lama berkeliling gedung, ingin pulang. Namun anehnya salah satu kakinya tak bisa melangkah seperti ada yang menggenggam dan si tamu pun ketakutan.
Setelah dibacakan doa-doa, boleh percaya atau tidak, pengunjung itupun sudah bisa berjalan normal lagi dan meninggalkan Lawang Sewu dengan muka ketakutan.
“Boleh percaya atau tidak, memang banyak kejadian aneh di sini. Terpenting kita tak boleh sombong dan sok berani serta niat kita datang ke sini hanya ingin mempelajari sejarah saja,” kata Masuhartono.
Untuk menghormati yang meninggal di Lawang Sewu pada saat itu, pengelola gedung menanam sejumlah pohon kamboja di halaman tengah Lawang Sewu.
Terlepas dari kebenaran cerita-cerita mistis tersebut, masyarakat saat berkunjung ke Kota Semarang disarankan bisa datang ke gedung tua itu sekedar melihat perjalanan pembangunan kereta api di Jawa.
Masyarakat yang berminat mengunjungi Lawang Sewu bisa datang pada jam buka, yaitu 07.00-21.00 setiap harinya. Harga karcis untuk dewasa Rp10.000 per orang, anak-anak (3-12 tahun) Rp5.000 per orang, dan pelajar Rp5.000 per orang. Apabila ingin menggunakan jasa pemandu wisata bisa sewa Rp30.000 per orang.
Artikel ini ditulis oleh: