Jakarta, Aktual.com — Harga minyak melanjutkan penurunannya di perdagangan Asia pada Kamis, membalikkan keuntungan awal, karena kelebihan pasokan dan permintaan lemah yang mengirim harga ke posisi terendah lebih dari 12 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Komoditas telah terpukul sejauh pada 2016, dengan kedua kontrak utama sudah turun sekitar 25 persen. Pada Rabu (21/1), patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah 27 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Mei 2003, berapa hari setelah Brent menyentuh di bawah 28 dolar AS.
Perburuan harga murah (bargain-hunting) hanya memberikan dukungan sesaat pada Kamis pagi. Pada pukul 06.30 GMT, WTI untuk pengiriman Maret, kontrak baru, turun 15 sen atau 0,53 persen menjadi 28,20 dolar AS per barel dan Brent turun 11 sen atau 0,39 persen menjadi 27,77 dolar AS.
Kontrak WTI untuk pengiriman Februari merosot ke tingkat terendah 26,19 dolar AS di hari terakhir perdagangan di New York pada Rabu sebelum ditutup pada 26,55 dolar AS per barel, tingkat terendah sejak Mei 2003.
Ekspektasi bahwa Badan Informasi Energi AS akan melaporkan peningkatan lagi dalam stok minyak mentah komersial negara itu menekan turun sentimen, kata para analis.
Harga minyak telah jatuh sekitar 75 persen sejak pertengahan 2014, terpukul kelebihan pasokan, kelebihan produksi, lemahnya permintaan dan pelambatan ekonomi global, terutama Tiongkok.
“Dengan minyak sudah mencapai terendah, fundamental menjadi masalah penting sekarang,” kata analis Phillip Futures Daniel Ang, mengacu pada pasokan yang terus berlari lebih cepat daripada permintaan.
Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris, memperingatkan minggu ini bahwa pasar minyak bisa “tenggelam dalam kelebihan pasokan”, karena kembalinya minyak mentah Iran setelah pencabutan sanksi-sanksi Barat mengimbangi setiap penurunan produksi dari negara lainnya.
Sementara harga diperkirakan akan tetap lemah, beberapa analis mengatakan mereka bisa mendekati posisi terbawahnya.
“Saya kira kelesuan akan berlanjut memasuki paruh pertama tahun ini, tetapi dalam hal mencapai posisi terbawahnya, kita lebih kurang di sana,” kata Ang.
“Saya benar-benar skeptis harga mencapai di bawah 20 dolar AS,” katanya, menambahkan bahwa 24-25 dolar AS kemungkinan akan membuktikan dukungan sangat kuat yang tidak akan berhenti”.
BMI Research mengatakan dolar yang kuat juga akan membantu menekan harga komoditas, termasuk minyak. Komoditas yang diperdagangkan dalam dolar, membuat mereka lebih mahal bagi pemegang mata uang lemah.
“Depresiasi berkelanjutan mata uang negara-negara berkembang dan penguatan dolar AS akan menjaga harga komoditas terkendali selama paruh pertama 2016 dan beberapa dari mereka cenderung mencapai posisi terendah baru dalam beberapa bulan mendatang,” katanya dalam sebuah catatan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan