Jakarta, Aktual.com – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya mengatakan bahwa produk alas kaki dari Jawa Barat banyak diminati oleh pasar internasional.
Atalia mengatakan berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, produk alas kaki dari Jawa Barat paling diminati oleh konsumen luar negeri. Produk dari Garut dan Cibaduyut pun cukup dikenal secara internasional.
“Sesungguhnya yang paling banyak diminati adalah untuk alas kaki. Nah, kita tahu di daerah Cibaduyut, Garut dan sebagainya, alas kaki juga menjadi unggulan. Alas kaki adalah permintaan yang paling tinggi dari luar negeri dan yang kedua adalah fesyen,” ujar Atalia dalam diskusi webinar pada Senin (11/10).
Atalia menjelaskan produk fesyen memiliki banyak permintaan dari pasar internasional seperti Timur Tengah, Malaysia dan beberapa negara lainnya.
“Kemudian tas, tas ini macam-macam dan kebetulan kita sedang mengembangkan dari bahan dasar kulit sapi, domba, kambing dan juga tas-tas dari bahan anyaman baik dari eceng gondok maupun pandan,” kata Atalia.
Sementara itu, Atalia menjelaskan bahwa Jawa Barat memiliki potensi yang besar untuk produk fesyennya, bahkan provinsi ini dianggap selalu menciptakan trend setter.
Menuru Atalia, hal ini bisa terjadi lantaran Jawa Barat memiliki lebih dari 500 perguruan tinggi dan beberapa di antaranya memang dipersiapkan untuk menjadi wirausaha ataupun bergelut di bidang industri fesyen.
“Memang mereka mendapatkan pendidikan secara resmi dari sisi bagaimana meningkatkan SDM terkait kewirausahaan seperti kita tahu ada SBM ITB, sekolah tekstil dan sebagainya. Kemudian ada SMK-SMK yang tata busana, jadi mereka dari awal sudah dibina dan dibimbing,” kata Atalia.
Selain itu, banyak masyarakat Jawa Barat yang dinilai telah melek teknologi informasi sehingga dapat menyerap berbagai tren yang ada di seluruh dunia.
Atalia juga mengatakan bahwa masyarakat Jawa Barat ini dikenal sebagai masyarakat yang kreatif dan berani mengambil tantangan.
“Saya kira ini menjadi satu kesatuan sehingga bagaimana kemudian fesyen Jawa Barat itu dinilai menjadi tren setter itu karena masyarakatnya melek teknologi dan mereka fashionable jadi senang menggunakan warna-warna dan pakaian yang berbeda-beda,” ujar Atalia.
“Jadi ketika ada tren baru, banyak yang pakai dan diinformasikan melalui media sosial sehingga terekspos ini lambat laut akan menaikan dari sisi minat,” lanjutnya.
(Shavna Dewati Setiawan | ANTARA)
Artikel ini ditulis oleh:
Aktual Academy