Jakarta, Aktual.com – World Wide Fund for Nature (WWF) menyatakan kehadiran tiga anak badak yang tertangkap kamera tersembunyi di Taman Nasional Ujung Kulon pada kurun waktu April-Juni 2015 memberikan harapan baru terkait aktivitas konservasi Badak Jawa.
Siaran pers WWF Indonesia yang diterima di Jakarta, Sabtu (12/9) menyebutkan, Otoritas Taman Nasional Ujung Kulon pada Juli 2015 mengumumkan survey jumlah populasi terakhir yang menyebutkan 57 individu Badak Jawa berada di wilayah Taman Nasional.
Sedangkan ketiga anak badak yang tertangkap kamera itu diketahui dua jantan dan satu betina, dan lahir dari induk bernama Siti, Ratu dan Desy. Ketiganya tertangkap kamera di tiga wilayah terpisah di Semenanjung Ujung Kulon.
Kehadiran tiga anak badak itu dinilai merupakan salah satu indikator bahwa lingkungan di Taman Nasional masih memadai untuk mendukung kestabilan populasi spesies badak.
Namun, invasi langkap telah mengambil alih sekitar 60 persen wilayah habitat dan meminggirkan populasi Badak Jawa di Semenanjung menjadi terkotak-kotak dan terisolasi menjadi tiga kantung.
Adanya okupansi masif langkap dan kelahiran anak badak membuat semakin pentingnya pembangunan koridor antara ketiga kantung dan tindakan lain untuk mengontrol perkembangbiakan langkap, untuk membantu mobilitas populasi badak yang sehat.
WWF Indonesia menyatakan telah berperan aktif dalam program konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon sejak tahun 1962.
Pemantauan populasi Badak Jawa dengan kamera tersembunyi adalah dukungan terbesar WWF Indonesia. Saat ini lebih dari 90 kamera jebak dipasang dan beroperasi di Taman Nasional.
WWF Indonesia juga bekerja dengan mitra seperti Yayasan Badak Indonesia (YABI) dalam mengintensifkan patroli untuk memperkuat pengamanan populasi di Taman Nasional.
WWF Indonesia, Taman Nasional dan masyarakat lokal juga mengupayakan peningkatan kualitas badak Jawa dengan menanami 50 hektare tanah untuk pengayaan tanaman pakan badak di habitat.
Saat ini, WWF Indonesia secara intens bekerja sama dengan Taman Nasional dan LSM lain untuk mengidentifikasi habitat paling tepat sebagai rumah kedua bagi Badak Jawa. Hal ini penting guna menjaga kestabilan populasi Badak Jawa di dunia, sebagai upaya antisipasi dari risiko bencana alam, penyakit endemik dan penyebaran spesies agresif yang membahayakan.
Artikel ini ditulis oleh: