Jakarta, Aktual.co —Bonus demografi menjadi potensi bagi Indonesia untuk menjadi negara maju. Tapi jika bonus demografi itu tidak dikelola secara strategis, ia justru akan menjadi bencana sosial (social gap), kemiskinan, pengangguran, dan persoalan-persoalan sosial lainnya.
Demikian dinyatakan Yenni Wahid, Direktur Wahid Institute, dalam presentasi yang disiapkan untuk hari kedua Konferensi Pendidik Nasional (National Educators Conference) 2015 di Jakarta, Sabtu (30/5). Konferensi itu berlangsung di kampus Universitas Sampoerna sejak Jumat (29/5).
Putri almarhum Presiden Abdurrahman Wahid ini mengungkapkan, selain memiliki kekayaan alam dan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dan stabil, Indonesia diprediksi akan memiliki proporsi jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2020-2030 mencapai 70 persen dari total populasi.
Namun bonus demografi itu bisa menjadi masalah jika salah dikelola. Di sinilah pendidikan, sebagai investasi sumberdaya manusia berjangka panjang, mempunyai peran yang sangat penting. Sedikitnya ada dua langkah strategis.
Pertama, urgensi meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, sehingga generasi muda tidak hanya dibekali pengetahuan dan keterampilan abad 21, tetapi juga memiliki karakter adiluhung, seperti: toleransi, penghargaan terhadap hak-hak warga negara, keadilan, dan demokrasi.
Kedua, perlunya kolaborasi antara negara dan swasta, dalam rangka membuka akses pendidikan yang berkualitas secara luas, terutama bagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Tanpa ini, kesenjangan social-ekonomi akan makin melebar, yang pada gilirannya akan menghadirkan beragam persoalan sosial, seperti: ketegangan sosial, konflik, dan bahkan terorisme.
Artikel ini ditulis oleh:















