Jakarta, Aktual.com — Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) menyatakan bahwa kondisi perekonomian RI saat ini sudah menjadi permasalahan yang sangat serius dan berada diambang krisis.

Pengamat AEPI Salamudin Daeng mengatakan, pertumbuhan diproyeksikan sebesar 4,7 persen untuk tahun 2015, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2 persen karena pertumbuhan output riil melambat menjadi 4,7 persen tahun ke tahun pada kuartal pertama 2015, menurun kembali menjadi 4,67 persen pada kuartal II 2015 dan merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak 2009.

“Terlebih, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD dan menembus level Rp14.000, akan menambah beban defisit neraca pembayaran dan defisit pendapatan primer yang bersumber dari pembayaran bunga utang, cicilan utang pokok utang luar negeri dan aliran modal ke luar negeri,” kata Salamuddin di Jakarta, Rabu (2/9).

Dengan kondisi yang seperti ini, kata dia, akan berdampak buruk terhadap iklim investasi di Indonesia sendiri akibat larinya para investor.

“Hanya orang gila yang mau berinvestasi dan memborong portofolio di Indonesia. Karena Yield-nya saja sudah negatif,” ujar dia.

Pemerhati Ekonomi Politik Ichsanuddin Noorsy menambahkan, jatuhnya ekonomi yang ditandai dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak Januari sampai Agustus 2015 sebesar 21 persen, Rupiah terdepresiasi hingga level Rp14.000.

“Kejatuhan IHSG, Rupiah, ditambah inflasi, itu tidak ada artinya ke Yield. Yield-nya negatif. Lebih rendah dari nilai tukar. Ini diprediksi oleh global, Rupiah akan tembus Rp15 ribu di akhir tahun,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka