Komunitas Kretek melakukan aksi damai Terimakasih tembakau di Jakarta, Selasa (31/5). Dalam aksi tersebut mereka melakukan penolakan terhadap hari tanpa tembakau sedunia yang jatuh pada tagl 31 Mei. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Wacana kenaikan harga cukai rokok yang mencapai 50 persen terus menjadi perdebatan pro kontra di masyarakat, terutama yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan kehidupan para petani tembakau.

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan sudah seharusnya produksi tanaman tembakau di Indonesia tidak serta merta hanya dikonsumsi dalam bentuk dibakar alias rokok saja.

“Justru harusnya tembakau itu dikonversi ke produk- produk lain yang selama ini tidak dilakukan,” kata Tulus dalam diskusi, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (27/8).

“Karena di berbagai negara (tanaman tembakau) sudah di konversikan ke produk-produk lain seperti di Jerman upaya pengurangan penyakit gula , anti Kanker dan sebagainya,” tambah dia.

Masih dikatakan Tulus, tanaman tembakau justru menjadi racun ketika kegunaanya berubah menjadi kepulan asap, dan itu yang seolah hanya dilakukan di Indonesia.

“Di kita seolah-olah tembakau hanya untuk rokok saja, dan itu konyol. karena Tuhan ciptakan tembakau itu untuk yang lainnya, ada manfaatnya. Tetapi kenyataanya dia dibakar menjadi masalah, karena menimbulkan TAR dan nikotin,” pungkas Tulus.

(Novrizal Sikumbang)

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Arbie Marwan