Jakarta, Aktual.co — Anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengatakan liberalisasi perdagangan banyak merugikan masyarakat Indonesia.

“Dari tahun 2012 dalam era liberalisasi, Indonesia banyak dirugikan. Sejak 61 tahun terakhir, pada 2012 mengalami defisit, padahal tahun sebelumnya neraca perdagangan masih surplus 26 juta US dolar, tahun sebelumnya juga mencatat prestasi,” ujar Sudaryatmo pada diskusi Liberalisasi perdagangan di Jakarta, Sabtu (28/2).

Menurutnya defisit ini merupakan dampak situasi ekonomi Indonesia yang memanas. Tingkat konsumsi yang tinggi tidak didukung industri yang ada, sehingga kebutuhann konsumsi dipenuhi barang import.

“Impor ada KW 1 dari Korea dan Jepang, KW  2 dari China. China pinter, bikin produk sesuai negara tujuan, standarnya padahal begitu,” katanya

Selain itu, yang membuat negara defisit adalah impor migas yang tinggi.  “Dari tahun 2002 sebenarnya konsumsi kita lebih tinggi dari produksi,” katanya

Kemudian, menurut Sudaryatmo konversi LPG juga menjadi malapetaka baru. Hampir 60-70 persen kebutuhan LPG kita import. 

“selama 15 tahun import gandum sangat luar biasa, tahun 2010 3,8 juta ton, terus tahun 2014 6,5 juta ton dengan nilai Rp23,5 triliun. Ironis lagi kita import mie instan. Jadi masyarakat kecil kita mensubsidi petani gandum yang kaya di negeri luar sana,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka