Namun, di tengah kondisi demikian, ironisnya masyarakat justru semakin ciut dalam hal mental dan kejiwaan. Dia menilai, mental masyarakat Indonesia justru semakin menciut di saat kondisi ekonomi dan pembangunan sedang tumbuh.
“Jadi mana soalnya? Kita ini secara fisik tumbuh, tapi secara mental kejiwaan itu kita sedang sakit, kita ini mengalami masalah mental.”
Dia menyebut inferioritas yang dimiliki bangsa Indonesia sejatinya merupakan warisan kolonial Belanda. Pada masa penjajahan, jelasnya, semua hal yang berbau ‘londo’ memang memang menyilaukan mata masyarakat pribumi.
Hanya saja, kondisi ini justru semakin parah justru di saat Indonesia mencapai masa reformasi, masa yang dianggapnya sebagai masa perubahan Indonesia menjadi lebih baik.
Bahkan belakangan, inferiorioritas ini semakin menjadi-jadi karena faktanya masyarakat Indonesia tidak hanya minder di hadapan negara-negsra maju saja, tapi juga di hadapan negeri-negeri jiran, seperti Malaysia dan Singapura.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Wisnu