Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo berbincang dengan Penulis Buku Revolusi Pancasila Yudi Latif disela acara seminar nasional dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10). Buku Revolusi Pancasila merupakan karya Yudi Latif yang bercerita mengenai gagasan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com — Cendekiawan Yudi Latif mengatakan bangsa ini sering kali lupa bahwa dalam proses pembangunan karakter yang paling utama, khususnya dunia pendidikan, hanya terfokus pada kecerdasan personal saja.

Sementara, kecerdasan kewargaan dalam keberagaman untuk menjaga persatuan di tengah berbagai macam kultur yang ada tidak diajarkan.

“Menurut saya selama ini dalam proses pembangunan melupakan satu hal penting, terutama dalam dunia pendidikan. Pendidikan kita hanya mengembangkan kecerdasan personal, matematik, bahasa dan lainnya,” kata Yudi, di JCC, Jakarta, Selasa (27/10).

Ia pun mencontohkan, soal pelaksanaan ujian nasional yang justru hanya mengukur kemampuan personal yang sifatnya lebih universal.

“Mestinya ujian nasional itu apa yang membuat orang dari Aceh ke Papua masih punya imajinasi nasional,”

“Nah itu substansinya sebagai perekat kebangsaan sumpah pemuda. Bahasa persatuan kita bahasa Indonesia, diisi dengan nilai kewargaan kita yaitu pancasila, sehingga keragamaan itu tetap memiliki titik temu,” tandas mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Canberra, Australia.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang