Lebih lanjut Aktifis sekaligus cendekiawan muda ini menuturkan, ketika qalbu seseorang kotor, maka kita hanya bisa memilih satu warna, hitam atau putih. “Begitupun kita akan dihadapkan untuk memilih nasionalis atau menjadi islam,” ujar dia.
Yudi pun mencontohkan teori kebenaran yang pertama kali dimunculkan Aristoteles yaitu soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Namun menurut logika Aristoteles dua kebenaran tak dapat muncul sekaligus
“Padahal tidak dengan logika. Tasawuf lah yang memberi wawasan lebih integral, memberi banyak jalan, tak berkotak, tak berpecah, banyak warna. Maka qalbu kita perlu disegarkan, agar cerminnya terang kembali,” terang Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia itu.
Laporan: Fadlan Syiam Butho
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby