Tak seperti Makam Eropa yang dilengkapi bangunan beton yang dilengkapi pintu gerbang dan prasasti yang memudahkan wisatawan masuk, area pemakaman Jepang sudah tertutup tanaman liar dan tak tampak akses pintunya.
Karenanya, untuk bisa melihat sisa-sisa pusara warga Jepang di Sabang itu, pengunjung harus menerobos pagar yang membatasi area pemakaman ini dengan pemakaman bangsa Eropa yang ada di seberang “Het Kerkhof”.
Kehadiran sebuah batu prasasti hitam bertuliskan “Semoga Damai Abadi dan Kemakmuran di Lapangan Terbang Ini, Sabang 20 Mei 1979, T. Sato, Fukushima Jepang” di sudut pagar bagian dalam makam membantu wisatawan mengenali area pemakaman warga Jepang ini.
Persentuhan Sabang dan Pulau Weh dengan orang-orang asing itu sudah terjadi jauh sebelum era Belanda dan Perang Dunia II sebagaimana dapat dilihat dari keberadaan makam-makam tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby