Jauh sebelum pecah Perang Pasifik yang menyisakan banyak bangunan benteng dan bunker pertahanan Jepang di berbagai titik kota dan daerah pesisir pantainya maupun era perdagangan Kolonial Belanda, Sabang bahkan pernah disinggahi Laksamana Cheng Ho.
Menurut buku “Profil Museum Sabang” (2017), penjelajah China yang mengarungi perairan Kepulauan Indonesia selama tujuh kali dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah itu pernah menyinggahi Pulau Weh pada 1413-1415.
Mengutip catatan Ma Huan, salah seorang penerjemah sang laksamana, Cheng Ho yang bernama asli Ma Sanbao (Hanyu Pinyin) atau Haji Mahmud Shams (Arab) ini menyebut Pulau Weh sebagai “daratan dengan gunung menjulang” atau “Gunung Mao”.
Kurator Museum Sabang T. Mahliyuni yang ditemui di gedung museum yang terletak di Jalan O. Surapati pada Kamis (9/3) dan Jumat (10/3) membenarkan informasi tentang jejak misi damai Cheng Ho di Aceh dan persinggahannya di Sabang tersebut.
Persinggahan Cheng Ho dan armadanya di Sabang itu konon dimaksudkan untuk mendapatkan persediaan air dalam pelayaran mereka menuju Afrika.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby