Jakarta, Aktual.com — Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah menyarankan kepada Presiden Joko Widodo untuk terus mewaspadai serta membuka dialog dengan berbagai pihak terkait gejolak ekonomi dunia, khususnya di Yunani dan Tiongkok.

“Cepat atau lambat dampaknya akan berpengaruh terhadap Indonesia, maka harus diantisipasi,” kata Firmanzah ketika berdiskusi tentang gejolak ekonomi dunia yang diselenggarakan KedaiKOPI di Jakarta, Minggu (12/7) sore.

Hal tersebut bertujuan untuk meminimalkan dampaknya terhadap ekonomi di Indonesia. “Jangan memberikan stimulus berlebihan,” katanya.

Firmanzah juga mengatakan Indonesia tengah menghadapi tantangan ekonomi internal dan eksternal.

Menurutnya, di dalam negeri ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan eksternal adalah gejolak ekonomi di Yunani, penurunan saham Tiongkok hingga 30 persen, serta kebijakan dari keputusan bank sentral Amerika The Fed yang belum pasti.

Namun, Firmanzah mengatakan, tekanan akibat kondisi internal dan ekternal itu tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis seperti 1998.

“Fundamental kita masih terjaga, misalnya sekarang ada proses dan prosedur pengelolaan utang negara,” kata Firmanzah. “Tapi pasti kabinet kerja bidang ekonomi ini libur lebarannya tidak akan tenang,” tuturnya.

Kemudian pemerintah juga harus dapat mengelola usaha kecil dan menengah yang menyerap banyak tenaga kerja. Kemitraan pemerintah dengan dunia usaha harus berjalan baik. “Kalau kasus-kasus eksternal tak jelas selesainya sedangkan masalah internal tidak diatasi dengan baik, bisa saja terjadi resesi,” katanya.

Sebelumnya, Kamis (9/7), Presiden Joko Widodo atau Jokowi hadir dalam acara Silaturahmi dengan Dunia Usaha ‘Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi’ yang digelar oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan.

Presiden Jokowi mengatakan sangat yakin bahwa saat ini Indonesia tidak bisa lagi menunda untuk melakukan reformasi perekonomian secara fundamental. Reformasi yang mendalam dan menyeluruh dapat menghindari republik terjerat krisis ekonomi seperti yang terjadi di Eropa saat ini.

Presiden Jokowi mengatakan masalah ekonomi lebih penting daripada masalah perombakan atau “reshuffle” kabinet. Karena itu, Jokowi memastikan ingin memberikan perhatian besar pada masalah ekonomi.

Artikel ini ditulis oleh: