Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman merasa heran dengan sikap Kepala Satuan Kerja Khsusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amin Sunaryadi dalam menanggapi pengurangan karyawan yang dilakukan Inpex sebagai pihak operator tambang blok Masela.
Terlebih berdasarkan pengamatannya sikap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said hanya normatif, sehingga berbanding terbalik dengan sikap Amin dalam menanggapi hal itu.
“Bahwa sebetulnya normatif saja penjelasan Sudirman Said itu, tetapi anehnya mengapa Kepala SKK Migas Amin Sunaryadi begitu sangat peduli dan merasa terdesak pada 16 Maret 2016 malam tanpa prosedur yang lazim melalui Humas SKK Migas dalam memberikan keterangan persnya, sehingga publik tentu mengaitkan saran konsultannya Inpex Masela yaitu PT Tridaya Advisori pada 11 Desember 2015 yang sarannya bahwa Menko Kemaritiman tidak mempunyai kewenangan apapun soal persetujuan revisi POD FLNG Masela,” kata Yusri dalam rilis kepada Aktual.com (21/3).
Sehingga Yusri menduga ancaman PHK oleh Inpex sengaja di ekspos untuk mempersepsi buruk di ruang publik bahwa semua proses PHK dan tertundanya masyarakat Maluku menikmati proyek Masela yang seharusnya di tahun 2018 menjadi tahun 2020 akibat penolakan oleh Rizal Ramli sebagai “biang kerok” terhadap skema kilang LNG dilaut.
Padahal menurut dia semua stakeholder migas sudah mengetahui bahwa di saat harga minyak dibawah USD40 per barel semua proyek LNG ditunda pembangunannya di seluruh dunia seperti FLNG 2 Petronas, 3 FLNG di Australia, di Puerto Rico, Brazil dan Norway dan lainnya. Lagian lanjutnya, saat ini Inpex belum ada kepastian siapa pembeli gas untuk kontrak dari Blok Masela .
“Suatu hal yang perlu dipahami oleh publik bahwa usulan dalam revisi POD Blok Masela masih dengan menggunakan asumsi model keekonomian harga jual LNG domestik USD9,5/MMBtu dan harga LNG ekspor USD12,15/MMBtu serta harga Kondensat USD75,87/barel dan harga minyak mentah (JCC) USD90/barel, sementara itu kondisi harga saat ini jauh di bawah asumsi, contoh harga jual gas untuk domestik hanya USD 4,6/MMBTU dan ekspor USD5/MMBTU,” pungkasnya Yusri.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan