Jakarta, Aktual.com — Yusril Ihza Mahendara angkat bicara terkait beragamnya tudingan dari Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama kepada dirinya.
Menurut Yusril, tudingan yang disampaikan Ahok lantaran dirinya kerap mengkritik kebijakan yang diambil oleh Ahok.
“Ahok juga menyerang saya karena saya mengkritik penggusuran Pasar Ikan, rencana penggusuran Luar Batang dan Bidarachina,” ujar Yusril melalui rilis yang diterima Aktual.com, Jumat (29/4).
Ia menuturkan, bahwa pernyataan yang ia sampaikan adalah sebuah kritkan terhadap kebijakan atau kepemimpinan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta.
Ia mencontohkan, seperti kritiknya mengapa Ahok harus mempermalukan bawahan di depan umum.
“Kalau gubernur memecat pejabat atau bawahan adalah hal biasa, tetapi tidak harus mempermalukannya di depan umum,” kata dia.
Lain lagi soal kritika terhadap rencana penggusuran Luar Batang. Menurut dia, hal itu terpaksa ia lakukan lantaran Ahok dianggapnya melanggar hukum.
“Warga Luar Batang yang memberi kuasa kepada saya itu punya sertifikat tanah yang legal, kenapa akan digusur. Kenapa pula harus ditakut-takuti dengan berbagai ancaman,” tanya Yusril.
Selain itu, Ahok pun dianggapnya melanggar hukum ketika berencana menggusur warga Bidaracina.
Sebab ia mentuurkan, gugatan warga Bidaracina sudah dimenangkan oleh PTUN Jakarta.
“Tapi pak Ahok bukannya mematuhi putusan PTUN itu justru terus mengancam warga akan tetap melakukan penggusuran. Bahkan Ahok meminta kepolisian untuk mengawal penggusuran warga yang secara hukum sudah benar,” kata dia.
Ia lebih menyayangkan, justru kritikan itu dijawab Ahok dengan menyerang sisi pribadi, bahkan profesi yusril sebagai pengacara.
Sejatinya, menurut Yusril, Ahok membalas kritikan itu dengan argumen yang lebih kuat.
“Yang terjadi justru Ahok mudah marah-marah dan menyerang saya dalam menghadapi kritik saya,” kata dia.
“Saya ini membela rakyat yang haknya dirampas oleh penguasa Jakarta. Jadi janganlah Ahok menyerang terus saya dengan melecehkan profesi saya sebagai pengacara atau advokat. Profesi pengacara atau advokal itu sebagai profesi yang dilindungi undang-undang. Saya tantang pak Ahok untuk menempuh jalur hukum dalam menghadapi langkah saya tidak mau,” kata dia.
Ia pun lantas membandingkan kepemimpinan Ahok dengan mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjadi Presiden RI, Joko Widodo.
“Saya mengibaratkan pak Ahok sama pak Jokowi itu seperti bumi dan langit. Pak Ahok gubernur yang hobinya marah-marah dan menyerang secara pribadi lawan-lawan politiknya,” kata dia.
Ia menceritakan, ketika Jokowi masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, ia juga kerap mengkritiknya.
Namun perbedaannya, Jokowi tidak marah dan tidak menyerang dirinya secara pribadi.
“Pada tahun 2013 atau setahun setelah menjabat sebagai gubernur, pak Jokowi berkunjung ke rumah saya. Beliau menyatakan kepada saya bahwa beliau tidak marah saya kritik. Pak Jokowi pun mengaku bahwa pemerintahan Pemprov DKI yang dipimpinnya banyak kememahan,” kata dia.
Menurut dia, Jokowi sebagai seorang negarawan dapat membedakan mana urusan pribadi mana urusan kedinasan atau tugas. “Makanya beliau bisa menjaga hubungan pribadi dengan saya meskipun saya kerap mengkritiknya,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby