Jakarta, Aktual.com — Urgensi pembangunan Kereta Cepat Bandung-Jakarta oleh kementiran BUMN terus dipertanyankan publik. Mantan Menteri Sekretaris Negara Indonesia ke-11, Yusril Ihza Mahendra mempertanyakan manfaat dan kebutuhan proyek kerjasama tersebut.
“Apakah memang urgent membangun kereta api cepat yang menghubungkan Bandung-Jakarta dengan biaya pembangunan USD5,5 miliar atau setara Rp78 triliun,” ujar Yusril di Jakarta ditulis Jumat (23/10).
Lebih lanjut dikatakan, biaya pembangunan kereta tersebut berasal dari setoran equity 25% konsorsium 4 BUMN senilai hampir Rp19 triliun, Sementara sisanya 75 persen berasal pinjaman dari China kepada 4 BUMN yang harus dilunasi selama 60 tahun.
“Dana untuk membangun bukan berasal dari pengalihan subsidi BBM melainkan setoran equity 25% konsorsium 4 BUMN senilai hampir RP19 triliun dan dana pinjaman,” jelasnya.
China yang bertindak sebagai Kontraktor pembangunan kereta cepat berkemungkinan akan membawa tenaga kerja dari China. Jikalau terjadi kelalaian dari kontraktor atau wanprestasi, China tidak akan mau pusing. Sementara utang harus dicicil, utang pokok plus bunganya jika telah jatuh tempo. Kalau tidak mampu membayar, bukan mustahil China akan akuisisi saham ke 4 konsorsium BUMN tersebut, dengan demikian China kuasai BUMN indonesia.
Menurutnya, jalan Tol Cipularang, kereta api yang ada sekarang dan pesawat terbang Jakarta-Bandung sudah cukup dan memuaskan untuk sarana transportasi ke Bandung.
“Sarana transpotrasi Jakarta-Bandung yang ada sekarang sudah cukup dan memuaskan, lalu apa urgensi pembangunan Kereta cepat,” pungkasnya. (laporan: Dadang)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka