Jakarta, Aktual.co — Sikap Koalisi Indonesia Hebat seolah-olah mengadu kekuatan di parlemen dan menunjukkan sikap egois.
Hal itu disampaikan Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra, Rabu (29/10) malam.
Menurutnya, sikap itu seharusnya tak boleh terjadi di lembaga terhormat seperti DPR.  “Pembentukan Pimpinan DPR tandingan yang kini telah terjadi sungguh memprihatinkan bagi perkembangan demokrasi kita. Politisi kita belum mampu mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi,” katanya.
Yusril berharap, agar Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat dapat menemukan solusi agar DPR kembali bersatu untuk kepentingan bangsa yang lebih luas.
“Seyogyanya politisi Senayan mengedepankan Musyawarah Mufakat, bukan saling ngotot dalam voting,” ungkapnya.
Kata Yusril, kunci dari karut marutnya problem di DPR yakni kekuasaan harus dibagi secara adil dan berimbang. Semua harus diberi kesempatan untuk memimpin lembaga-lembaga negara secara proporsional. (Baca: KIH Bentuk Pimpinan DPR Tandingan Sejarah Terulang)
Para politisi, sambungnya, dapat bercermin pada pengisian jabatan-jabatan eksekutif dan legislatif di awal reformasi setelah Pemilu 1999.
“Kembalilah kepada kepribadian bangsa yang mengedepankan kepentingan bersama dan menjunjung tinggi kemajemukan. Negara ini takkan pernah akan berjalan baik dan sempurna kalau dikuasai oleh satu golongan saja, baik di eksekutif maupun di legislatif,” paparnya.
Selain itu, kedepankan musyawarah, bicara dari hati ke hati, jangan menutup diri apalagi arogansi.  “Selamatkan bangsa dan negara dari kekacauan,” demikian Yusril.
Perlu diketahui, KIH membentuk pimpinan DPR sendiri karena mereka tidak puas dengan kepemimpinan pimpinan DPR saat ini yang dikuasai oleh Koalisi Merah Putih. (Koalisi Indonesia Hebat Akan Layangkan Mosi Tidak Percaya kepada Pimpinan DPR)
Pimpinan DPR ini akan diketuai oleh Pramono Anung (PDI-P), dan terdiri dari empat wakil ketua, yakni Abdul Kadir Karding, Saifullah Tamliha (PPP), Patrice Rio Capella (Nasdem) dan Dossy Iskandar (Hanura).

Artikel ini ditulis oleh: