Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. Aktual/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyampaikan pesimismenya terhadap arah inflasi di tahun ini. Pasalnya, inflasi tahun 2017 akan sulit dikendalikan. Hal ini terjadi karena faktor-faktor harga yang ditentukan pemerintah (administered prices) bakal menjadi penyumbang terbesar inflasi.

“Jika ditambah akan ada kebijakan penyesuaian harga ВВМ (bahan bakar minyak), maka inflasi bisa capai 4,7 persen. Karena sudah ada kebijakan kenaikan listrik (TDL) dan tarif administrasi STNK,” ujar Anton, di kantornya, di Jakarta, Senin (6/3).

Menurut dia, laju inflasi sendiri yang diproyeksikan pihaknya memang di rentang 4,2 persen. Angka tersebut juga sudah menghitung dampak dari kenaikan TDL dan STNK itu. Angka itu memang sedikit di atas dari target pemerintah di APBN 2017 sebesar 4,0 persen.

Namun, kata dia, kebijakan menaikkan harga BBM itu nantinya justru yang bisa membuat laju inflasi bisa membengkak. “Kalau BBM naik, (inflasi) bisa ke arah 4,5 persen sampai 4,7 persen. Tapi kami masih lihat dulu ya,” kata dia.

Dirinya menambahkan, tekanan inflasi bisa saja mereda jika pemerintah melakukan penundaan kenaikan TDL kapasitas 900 VA itu. Tapi jika kedua unsur administered prices itu yaitu TDL dan ВВМ, tekanan inflasi akan semakin tinggi.

“Kami masi melihat, kayaknya pemerintah masih agak ragu-ragu untuk naikkan atau switch dari TDL. Itu (penundaan kenaikan TDL) akan mengurangi upside risk dari inflasi,”

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mencatat, laju inflasi di awal tahun ini sudah cukup tinggi. Di Januari sebesar 0,97 persen dan di Februari di angka 0,23 persen. Sehingga di dua bulan pertama inflasi sebesar 1,21 persen dengan total inflasi year on year (yoy) atau Februari 2017 terhadap Februari 2016 sudah cukup tinggi capai 3,83 persen.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka