Jakarta, Aktual.com – Aksi saling dorong sempat terjadi, saat ratusan warga Komplek Zeni Mampang merangsek masuk ke dalam kawasan Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (19/12) sore sekitar pukul 15.30Wib.
Seperti diberitakan sebelumnya, mereka datang ke Kalibata untuk menggali paksa makam anggota keluarganya yang dimakamkan di sana. Sebagai bentuk kekecewaan atas sikap Negara dan Kodam Jaya yang dikabarkan akan melakukan pengosongan paksa 70 rumah di Komplek Zeni hari Minggu (20/12) subuh nanti.
“Biarkan kami masuk, itu ayah kami yang dimakamkan di sana, jangan larang kami, tentara minggir,” teriak para warga ke arah petugas jaga makam dari TNI dan juga Polisi yang menahan mereka di pintu gerbang Kalibata.
Aksi saling dorong terjadi. Warga yang sudah membawa pacul, keranda, ambulance pun tak gentar, terus merangsek maju sambil keras meneriakkan takbir. (Baca: Negara Acuhkan Pahlawan, Warga Zeni Bawa Pacul ke TMP Kalibata)
Salah seorang petugas berseragam TNI yang tak mau disebut namanya, mengatakan warga tidak bisa begitu saja membongkar makam meskipun keluarga. “Karena ini sudah tanggung jawab negara. Kalau mereka mau melakukan pemindahan ya harus lewat prosedur yang berlaku,” ucap dia.
Tapi pertahanan petugas dari TNI Garnisun dan polisi tetap jebol. Warga yang sudah emosi tetap merangsek maju, bahkan akhirnya sampai ke makam yang dituju.
Negosiasi berkali dilakukan di depan makam. Namun warga sudah tidak lagi percaya. “Jangankan bapak yang cuma dari garnisun, menkopolhukam Luhut Panjaitan saja sudah tidak didengar Kodam Jaya, apalagi bapak yang cuma mayor, sudah bapak minggir saja biarkan kami bongkar makam ayah kami,” teriak salah seorang perempuan yang merupakan keluarga dari prajurit yang dimakamkan.
Hingga sekitar pukul 17.00Wib, warga yang sudah lelah menunggu, akhirnya mulai lakukan pembongkaran makam. Dalam suasana emosional, batu nisan dicabut. Seorang perempuan yang merupakan anak dari prajurit yang dimakamkan tampak tak kuasa menahan emosi. Sambil menangis meraung dia seakan berbicara kepada bapaknya.
“Bapak maaf saya memindahkan makam bapak, saya anakmu takut pak diancam tentara. Rumah kita mau dipindah pak. Saya diusir pak. Maaf pak makam bapak saya pindah,” tutur dia sambil meraung.
Suasana diliputi haru. Tentara dan polisi yang tadinya garang pun seperti bingung. Diam saja mengamati. Tak berani melarang. Tapi sambil terus lakukan proses negosiasi dengan salah satu perwakilan warga yang juga merupakan purnawirawan, Mayjen TNI Purn Samsudin.
Warga diminta untuk menunggu perwakilan dari pihak Kodam Jaya yang saat dihubungi melalui telepon akan datang. Meski tidak percaya, warga masih menurut menunggu. Pembongkaran kembali tertunda.
Hingga jelang Magrib, si perwakilan tak juga terlihat datang. Sedangkan warga yang banyak di antaranya manula dan anak-anak sudah tampak lelah. Mereka tetap bersikukuh menunggu di makam sampai adanya kepastian pihak Kodam Jaya menunda penggusuran. Hingga berita ini diturunkan Kodam Jaya belum bisa dihubungi.
Rencananya, warga akan bongkar enam makam keluarga mereka. Namun tampaknya hanya satu makam yang berhasil dibongkar untuk batu nisannya saja. Pemindahan belum berhasil karena sudah keburu malam.
Artikel ini ditulis oleh: