Jakarta, Aktual.com — Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M Massardi, menilai pernyataan Presiden Joko Widodo dalam suatu acara di Brebes, Jawa Tengah, Senin (11/4) lalu, mengenai molornya perombakan Kabinet Kerja Jilid II karena belum ada kata sepakat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan cara Jokowi menepis adanya intervensi.
Mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu berusaha menepis tekanan demi tekanan yang kuat dan masif yang dilakukan Jusuf Kalla. Menurut Adhie, Presiden Jokowi mustahil tidak mengetahui kalau mengangkat dan memberhentikan anggota kabinet adalah hak prerogratif sebagaimana diatur dalam konstitusi.
“Sebagai politisi paling sepuh di republik ini, Pak JK pasti paham sinyalemen apa yang ditabur Jokowi di Brebes Senin lalu itu. Ini merupakan cara Jokowi menepis tekanan dari Pak JK dalam perombakan kabinet,” jelasnya.
“Sebagai orang Jawa, memang mustahil Jokowi mengatakan kepada Pak JK yang sudah sangat senior bahwa (reshuffle) ini merupakan hak prerogratif dirinya sebagai Presiden, dan Wapres tidak memiliki otoritas menentukan menteri mana yang harus diganti dan siapa penggantinya,” lanjut Adhie.
Apa yang disampaikan Jokowi di Brebes, lanjut dia, sebenarnya ‘peringatan’ bagi Pak JK apabila dilihat dengan jernih. Yakni agar Pak JK mengikhlaskan kewenangan perombakan kabinet 100 persen ditentukan oleh Presiden. Lokasi yang ditentukan untuk menyampaikan hal itu juga disebutnya bukan kebetulan semata.
“Ingat, Brebes itu kota penghasil bawang, maka ketika Jokowi mengungkap persoalan politik Istana, itu seperti mengupas bawang. Pasti ada yang berurai airmata. Bisa jadi karena gagal mencapai tujuan politiknya,” demikian Adhie.
Artikel ini ditulis oleh: