Jakarta, Aktual.com – Harga minyak mentah dunia terus menunjukkan tren peningkatan sejak pertengahan tahun lalu atau tepatnya sejak Juli 2017 lalu. Kenaikan ini tentu harus diwaspadai karena akan menjadi beban masyarakat karena kenaikan harga BBM.

Apalagi BBM jenis penugasan seperti Premium dan Solar semakin sulit didaptkan di SPBU Pertamina. Ditambah lagi harga kebutuhan pokok seperti Beras, Listrik, Gas, dan lainnya terus mengalami lonjakan.

Menurut ekonom INDEF Eko Listiyanto, negara Indonesia yang menjadi Net Importir Bahan Bakar Minyak (BBM) tentu akan menderita gara-gara harga minyak mentah dunia itu naik.

“Memang kenaikan harga minyak mentah dunia mungkin saja menguntungkan bisnis minyak di sisi hulu, namun tentunya pemangku kepentingan ekonomi jangan lupa bahwa Indonesia adalah Net Importir BBM. Jadi itu pernyataan yang tak rasional,” ungkap Eko di Jakarta, ditulis Minggu (28/1).

Untuk itu, dia minta Sri Mulyani jangan hanya melihat secara parsial saja bahwa kenaikkan harga minyak dunia justru menguntungkan APBN.

“Memang, beban subsidi BBM di APBN dipatok sangat minimal seiring adanya realokasi subsidi, namun beban yang harus ditanggung masyarakat belum tentu jadi minimal juga. Karena mereka terpapar langsung atas gejolak harga minyak global yang terjadi saat ini,” jelasnya.

Lebih jauh dia menegatakan, interelasi APBN dengan gejolak harga minyak dunia mungkin mulai mengecil seiring pemangkasan subsidi BBM. Namun demikian, kata dia, risiko ekonomi tetap akan muncul dan sifatnya langsung dihadapi oleh masyarakat.

“Makanya bagi kami, bukan dari sisi menguntungkannya, justru kenaikan harga minyak akan berdampak langsung peningkatan nilai impor BBM. Kondisi ini juga akan berdampak ke hal lain, yakni akan mengganggu neraca perdagangan kita,” ujarnya.

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: