Dan menurutnya, ada cara inovatif untuk mengurangi utang. Pertama, saat sidang CGI di Tokyo tahun 2000, pemerintah meminta supaya komponen dana utang gratis diperbesar. Dan ternyata lobi-lobi itu berhasil dan sebanyak US$ 400 juta dihapus. Itu paling tinggi dalam sejarah di CGI.

“Kemudian, kita juga melakukan debt swap dengan Jerman. Jerman itu kan selalu kritik ke Indonesia soal lingkungan hidup. Dan saya ketemu menteri Jerman. Saya minta jangan ngomong terus dong, ayo kita lakukan konservasi hutan sehingga menimbulkan oksigen banyak. Tapi utangnya dihapus. Dan itu berhasil.”

Selain itu, pemerintah waktu itu juga sukses melakukan long swap dengan kreditur Kuwait. Negara itu merasa tak suka dengan banyakinya utang Indonesia, akhirnya disepakati utang dibayar cepat tapi diberi utang baru dengan suku bunga yang lebih murah. “Jadi kita sepakat sepakat utang yang mahal itu diganti dengan yang baru. Itu contoh cara inovatif untuk bayar utang.”

Sejauh ini, utang pemerintahan Jokowi terus bertambah. Dalam hampir tiga tahun utang pemerintah Indonesia di bawah Jokowi sudah menambah Rp1.000 triliun lebih. Berdasar data dari Kementerian Keuangan, posisi utang pemerintah pusat pada Juli 2017, sudah mencapai Rp3.779,98 triliun. Posisi ini naik Rp73,46 triliun dari posisi utang pada Juni 2017.

Utang tersebut terdiri dari dari Surat Berharga Negara sebesar Rp3.045,0 triliun (80,6%) dan pinjaman sebesar Rp734,98 triliun (19,4%). Penambahan utang neto selama bulan Juli 2017 adalah sebesar Rp73,47 triliun yang berasal dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp65,50 triliun dan penarikan pinjaman (neto) sebesar Rp7,96 triliun.

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu