Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik Lembaga Kajian Politik Islam dan Pancasila Yudha Firmansyah mengatakan mengukur pemenang di Pilkada Tangerang Selatan sebenarnya tidak sulit. Tiga pasangan calon yang ada, tingkat popularitas dan keterpilihannya sudah sering diuji dan dikaji.

“Indikatornya sederhana, hasil survei. Hasil survei beberapa lembaga menunjukkan tidak ada perubahan siginifikan. Incumbent tetap unggul,” kata Yudha saat dihubungi wartawan, Senin (7/12).

Menurutnya, incumbent yakni pasangan Airin-Benyamin terlalu kuat untuk dikalahkan. Solidnya infrastruktur politik yang telah terbangun menjadi alasannya. Apalagi infrastruktur politik ini sudah tersebar merata di seluruh kecamatan hingga tempat pemungutan suara (TPS).

“Mereka sudah bekerja efektif sejak jauh hari. Disinilah kuncinya kenapa walaupun pasangan ini sering diterpa isu negatif, dibawah tidak terjadi turbulensi pemilih,” jelasnya.

Ditambahkan dia, penampilan masing-masing pasangan calon pada waktu debat kandidat juga menjadi poin tersendiri. Bagaimanapun perilaku tiap pasangan calon secara langsung mencerminkan tingkat kepercayaan diri masing-masing atas gambaran hasil Pilkada.

Yudha mencontohkan, calon Walikota nomor urut 1 Ikhsan Modjo yang tampil agresif dan percaya diri. Akan tetapi gaya komunikasi Ikhsan yang datar membuat serangan yang dilayangkan ke calon lain menjadi tumpul dan mudah dipatahkan. Ikhsan seperti menganggap panggung debat sama dengan forum diskusi.

“Terlalu hati-hati. Perhatiannya lebih ke catatan dan Paslon nomor 3. Tidak tampak obsesi memengaruhi pilihan publik,” katanya.

Sementara penampilan calon Wali Kota Nomor 2 Arsi, menurutnya terlalu normatif. Banyak poin yang disampaikan masih bersifat umum serta belum menyentuh tataran aksi dan implementasi. Padahal debat terbuka ini adalah panggung kampanye untuk meyakinkan publik.

Adapun penampilan Airin sebagai incumbent layaknya orang yang sudah tahu gambaran hasil Pilkada. Di samping tetap berusaha meyakinkan publik di atas panggung, mereka pintar mengendalikan diri. Sikap demikian sulit terjadi jika tidak didasari oleh sebuah kesadaran dan keyakinan sebelumnya.

“Kesadaran bahwa dalam panggung debat mereka sebenarnya sedang berkomunikasi dengan publik, dan keyakinan bahwa mereka akan menang di Pilkada nanti,” demikian Yudha.

Artikel ini ditulis oleh: