Jakarta, Aktual.com — Sepanjang tahun 2015, tentunya telah banyak suka duka yang telah dilewati, terutama bagi seorang Muslimah yang berjiwa revolusiner. Memilih 10 wanita terbaik tentunya menjadi hal yang sulit.
Namun demikian, ada 10 wanita yang telah mengekspresikan dirinya dan mengerti bagaimana menjadi seorang Muslimah yang baik. Mereka patut dijadikan sebagai contoh. Di antaranya:
Dalia Mogahed
Ia merupakan wanita muslim pertama di Gedung Putih, Amerika Serikat pada tahun 2009. Ia menjadi salah satu penasihat hukum Barack Obama. Ia memberikan pandangan tentang agama Islam secara sederhana dan menyenangkan di seluruh wilayah AS.
Apa yang membuatnya masuk dalam 10 besar wanita inspiratif di 2015, yaitu karena Dalia Mogahed memiliki gairah kompetitif, obyektif, dan juga kredibel dalam bertindak. Bahkan, peristiwa mengenai keterlibatan daerah Barat terhadap konflik di Timur Tengah. Ia memberikan pengaruh cukup baik dan juga bijak.
Nadiya Hussain
Muslimah satu ini terkenal saat puncak acara di sebuah TV swasta yang memenangkan persaingan ketat memasak di ‘Great British Bake Off ‘.
Pribadinya yang begitu ceria dan menarik tertuang dalam sebuah bentuk kue yang penuh warna- warni. Dari sanalah, ia terus berjuang keras menggapai mimpinya untuk tetap maju jaya mengembangkan bakatnya. Bahkan, ia menandatangani kesepakatan penerbitan dengan Michael Joseph dan berharap untuk memulai acara memasak dengan Bake Off. Tak ada usaha yang sia-sia.
Ibtihaj Muhammad
Ia merupakan seorang pemain anggar wanita pertama di Amerika Serikat yang beragama Islam. Prestasinya tak terlampaui batas. Ia juga memiliki peringkat sebagai salah satu atlet perempuan terbaik di dunia.
Tahun ini dia telah mengumpulkan beberapa penghargaan untuk penampilan dan keterampilannya, serta penghargaan sebagai salah satu dari 10 wanita Muslim pada 2015.
Tawakkul Karman
Ia menjadi wanita Arab pertama dan wanita Muslim kedua untuk memenangkan Hadiah Nobel dan wanita termuda kedua pemenang Nobel Perdamaian.
Karman merupakan seorang jurnalis, politisi sekaligus aktivis. Sifatnya yang pantang menyerah dan membela hak asasi manusia (HAM) patut dicontoh.
Malala Yousafzai
Malala menjadi seorang aktivis diumurnya yang masih belia yaitu di usia 16 tahun. Saat umur 17 tahun ia telah menerima penghargaan Nobel dan menjadi pemenang perempuan termuda.
Malala merupakan aktivis yang memperjuangkan hak pendidikan dan kebebasan.
Carolyn Walker
Selain komentar kontroversial Donald Trump yang melarang Muslim masuk Amerika Serikat, sistem peradilan AS tampaknya menyambut lebih banyak prestasi dari Hakim Carolyn Walker.
Ia yaitu hakim pertama yang bersumpah atas nama Al Quran ketimbang Alkitab. Ia juga memakai jilbab.
Imaan Aldebe
Ia menjadi seorang wanita berprofesi sebagai desainer yang berani menerobos fesyen industri barat tepatnya fashion Inggris.
Iman Aldebe dengan kepercayaan dirinya menggapai kesuksesan memperkenalkan hijab tertutup bahkan dirinya pernah membuat menggunakan mantel Unta.
Salma binti Hizab Al Oteibi
2015 adalah tahun yang paling bersejarah bagi Perempuan di seluruh negeri terutama di Arab Saudi. Pasalnya, Salma binti Hizab al-Oteibi, merupakan anggota dewan perempuan pertama Arab Saudi yang memenangkan kursi parlemen pemerintah mengalahkan 18 kandidat lainnya.
Langkah pertama yang membuat terpesona dunia yaitu, melihat Arab Saudi dalam cahaya yang sama sekali baru, untuk memahami masa depan perempuan Muslim agar lebih makmur di salah satu negara Muslim yang paling berpengaruh di dunia.
Aseel Shaheen
Aseel Shaheen menjadi wasit tenis pertama yang berhijab dalam gelaran turnamen tenis Wimbledon. Aseel Shaheen yakni wasit asal Kuwait berusia 41 tahun.
Ia menekenui menjadi wasit tenis dengan mengambil kursus wasit pada tahun 2002.
Noor Tagouri
Sejak meluncurkan kampanye #LetNoorShine viral pada 2012 lalu, Noor Tagouri telah memperoleh perhatian internasional sebagai salah satu aktivis wanita yang memiliki motivasi tinggi mengenai berbagai diskusi politik atau HAM wanita dan lainnya.
Dengan media sosial lebih dari 100 ribu pengikut, Noor telah memperoleh dukungan baik untuk usahanya memecahkan stereotip normatif dan mendorong orang lain untuk memajukan potensi mereka sendiri dalam masyarakat multi-budaya melalui diskusi mingguan dan diskusi sosial di media sosial.
Sebagai generasi pertama Libya-Amerika, gairah untuk mendongeng berasal dari keinginan untuk mengekspos ketidakadilan budaya dan memerangi tantangan yang dihadapi perempuan dalam skala global.
Apresiasi luar biasa yang dilakukan Noor Tagouri sebagai wartawan muda dan pemula adalah bukti dari apa yang bisa terjadi jika kita semua berani mengajukan pertanyaan yang tepat.
Artikel ini ditulis oleh: