Jakarta, Aktual.co —“Banjaran gatotkaca” berkisah tentang satria pringgodani yang terkenal dengan kesaktianya otot kawat balung (tulang) wesi. Kisah ini bermula dari kelahiran bayi putra bima dengan dewi arimbi yang memiliki keanehan tali pusarnya tidak bisa dipotong dengan senjata apapun. Mengetahui khabar tersebut para dewa pun mengutus batara narada untuk menyerahkan senjata kuntha wijaya kepada Arjuna (paman Gatotkaca) untuk digunakan memotong tali pusar Gatotkaca, akan tetapi dalam menjalankan tugasnya Batara Narada melakukan kesalahan, senjata kuntha wijaya yang seharusnya diserahkan kepada Arjuna justru diserahkan kepada Raden Karna yang memiliki wajah mirip Arjuna.
Arjuna pun segera mengejar Raden Karna untuk merebut kembali senjata kuntha wijaya, pertempuran antara Arjuna dengan Raden Karna berakhir dengan Arjuna hanya mendapatkan warangka atau sarung pusaka kuntha wijaya, sedangkan senjata kuntha wijaya dibawa lari oleh Raden Karna.
Warangka kuntha wijaya ternyata memiliki keampuhan yang luar biasa, tali pusar Gatotkaca mampu dipotong hanya dengan sekali iris. Keanehan pun terjadi lagi saat warangka kuntha wijaya digunakan untuk memotong tali pusar Gatotkaca, warangka tersebut masuk dan menyatu  kedalam tubuh Gatotkaca.
Batara Guru meminta supaya Gatotkaca yang masih bayi dibawa ke khayangan dan dimasukan ke dalam kawah chadradimuka bersamaan dengan senjata para dewa, anehnya Gatotkaca yang semula bayi merah tiba-tiba muncul dari kawah chadradimuka menjadi pemuda yang sakti mandraguna. Gatotkaca pun langsung mendapat tugas menumpas gerombolan senopati kolopracono yang membuat keonaran di khayangan, alhasil gerombolan senopati kolopracono ditumpas oleh Gatotkaca.
Kisah “Banjaran Gatotkaca” diakhiri dengan Perang Bharatayudha dimana Gathotkaca menjadi panglima perang Pandawa, di medan pertempuran Gathotkaca bertarung dengan hebat tanpa ada yang mampu menandinginya.  Kurawa yang licik akhirnya membujuk Raden Karna supaya menggunakan senjata kuntha wijaya untuk melawan Gatotkaca. Saat senjata kuntha wijaya dilepas oleh Raden Karna, tiba-tiba senjata itu melesat mengarah ke Gatotkaca, menyadari senjata kuntha wijaya mengarah ke dirinya Gatotkaca segera menghindar dan terbang setinggi mungkin,  tapi kuntha wijaya tetap mengejar  dikarenakan warangkanya ada didalam tubuh Gatotkaca. Akhirnya senjata kuntha wijaya mampu bersatu kembali dengan warangkanya dan Gototkaca pun gugur sebagai kesatria membela harga diri bangsa dan keluarga.

Paguyuban Wayang Orang Indonesia Pusaka pimpinan Jaya Suprana bekerjasama dengan wayang orang “Bharata” membuat pertunjukan wayang orang dengan lakon “Banjaran Gatotkaca”. Pagelaran yang di sutradarai oleh Ida Soeseno ini mampu menampilkan khasanah budaya Indonesia ke dunia International, dibuktikan dengan gelaran “Banjaran Gatotkaca” di Sydney Opera House pada 28 desember 2010, Istana Negara 29 Juli  2011 dan Gedung UNESCO Paris 22 oktober 2012.

Para Pemain : Kenthus, Nanang Ruswandi, Marsam, Kadar, Soerip, dan Dewi Sulastri. Beberapa pegiat seni lainnya juga turut hadir, di antaranya Kuntari Sapta Nirwandar, Aylawati Sarwono, Giok Hartono, Bai Papulo, Enny Soekamto, Yani Arifin, Endang Gatot Sawarno, Tuti Roosdiono, Iesye Kausar, Yessy Sutiyoso, Prasanti Andrini,Gendhis Wicaksono Soeharto, dll.