Bandung, Aktual.com — Koordinator Nasional Publish What You Pay (Kornas PWYP), Maryati Abdullah mempertanyakan kejelasan penggunaan dana pungutan dari penurunan harga BBM jenis premium dan solar.

“Itu ‘out put’ programnya bagaimana, jangan sampai tidak ada kejelasan dan tanpa perencanaan,” kata ia kepada Aktual.com, di Hotel Neo and Green Savana Centul City, Bogor Jawa Barat, Kamis (24/12).

Sehari sebelumnya diberitakan, bahwa Menteri ESDM, Sudirman Said menyampaikan adanya pungutan dana untuk ketahanan energi terhadap penurunan harga BBM jenis premium dan solar.

Harga awal premium dari Rp7.300 turun menjadi Rp6.950/liter, namun karena ada pungutan dana ketahanan energi Rp200/liter, maka harga Premium menjadi Rp7.150/liter.

Sedangkan, untuk harga solar dari Rp6.700 menjadi Rp5.650/liter. Dari angka tersebut sudah termasuk subsidi Rp1.000/liter, kemudian ditambah dana ketahanan energi Rp300/liter sehingga menjadi Rp5.950/liter.

Maryati meminta pemerintah menggunakan belanja secara efektif serta menggunakan dana itu untuk mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

“Dana ini dipungut dari rakyat yang sedang mengalami penurunan daya beli, maka penggunaannya harus jelas dan transparan,” tutur ia menegaskan.

Selain itu, dengan adanya penurunan harga BBM, Maryati berharap adanya kontrol penurunan bahan pokok dari pemerintah, agar terjadi peningkatan daya beli masyarakat sekaligus perbaikan ekonomi nasional.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta