Jakarta, Aktual.com — Komando Umum Angkatan Darat Suriah mengkonfirmasi militer menewaskan pemimpin kelompok Tentara Islam (IS) lewat serangan udara di sebelah timur ibu kota negeri itu, Damaskus, Jumat (25/12).

“Setelah serangkaian operasi pemantau yang tepat, dan berdasarkan laporan intelijen serta kerja sama dengan orang terhormat, Angkatan Udara di Tentara Arab Suriah melancarkan serangan udara kualitatif, dengan sasaran posisi kelompok teror di Ghouta Timur, Damaskus. Serangan tersebut menewaskan Zahran Alloush,” kata militer Suriah di dalam satu pernyataan pada Jumat (25/12) larut malam waktu setempat.

Alloush tewas bersama dengan sejumlah petinggi gerilyawan, kata pernyataan itu, sebagaimana diberitakan Xinhua, demikian dilansir Aktual.com di Jakarta, Sabtu (26/12) pagi.

Ditambahkan ia, “Operasi tersebut dilancarkan dalam kerangka kerja aksi militer melawan terorisme.” Dalam satu laporan sebelumnya, pegiat dan media Arab mengatakan Alloush tewas oleh serangan udara Rusia, yang belakangan ternyata adalah serangan udara Suriah.

Allush, yang dilahirkan pada 1971, adalah pemimpin gerilyawan yang aktif di Suriah selama konflik hampir lima-tahun di negara Arab tersebut.

Orang itu adalah komandan Jaysh Al-Islam, nama Tentara Islam dalam Bahasa Arab, kelompok gerilyawan dukungan Arab Saudi. Kelompok tersebut hadir di beberapa wilayah Suriah, terutama di Ghuouta Timur, pinggiran Damaskus.

Tentara Islam adalah kelompok gerilyawan utama yang bertanggung-jawab atas serangan mortir setiap hari terhadap warga sipil di dalam kota Damaskus.

Alloush, yang berasal dari kubu gerilyawan Douma di Ghouta, memiliki tiga istri. Ia adalah putra Sheiyk Abdullah Alloush, tokoh Salafi dari Damaskus yang tinggal di Arab Saudi.

Komandan yang berusia 45 tahun tersebut dan pernah menimba ilmu di Fakultas Hukum Islam di Damascus University serta meraih Gelar Master di bidang Hukum Islam dari Arab Saudi, ditangkap oleh Lembaga Intelijen Suriah pada 2009 dengan tuduhan memiliki senjata. Ia dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari amnesti umum tiga bulan setelah konflik Suriah meletus.

Setelah pembebasannya, ia mendirikan satu kelompok gerilyawan dan dengan cepat mengembangkannya menjadi kelompok yang sekarang dikenal dengan nama Tentara Islam, kelompok paling tangguh yang beroperasi di Daerah Damaskus, dengan pemimpin pusatnya berada di Douma.

Sekarang kekhawatiran merebak di kalangan warga Damaskus mengenai kemungkinan pembalasan dari Tentara Islam atas tewasnya pemimpin mereka. Sementara itu beredar dugaan bahwa serangan mortir baru dan sengit dapat terjadi terhadap Damaskus setelah kematian Alloush.

Hasan Al-Hasan, seorang ahli militer di Suriah, mengatakan kepada Xinhua bahwa Alloush dipandang sebagai orang pertama Arab Saudi di Suriah, sebab kelompoknya diketahui didukung oleh Arab Saudi.

Ia menyatakan kelompok tersebut sekarang akan memerlukan waktu sebelum beroperasi lagi sebab kelompok itu telah “kehilangan seorang pemimpin.

Tewasnya Alloush telah menjadi pukulan keras terhadap kelompok gerilyawan tersebut, yang beroperasi di sekitar Damaskus, di tengah laporan bahwa Tentara Islam telah mengangkat seseorang yang bernama Abu Homam Al-Bwaidani sebagai pengganti Alloush.

Artikel ini ditulis oleh: