Seorang prajurit TNI menyaksikan permukiman eks-Gafatar yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Pemerintah melalui Menko Polhukam, Mendagri dan Mensesneg sudah berkoordinasi terkait kelompok eks Gafatar di kalimantan barat, yang pemukimannya dibakar massa pada Selasa (19/1) kemarin.

“TNI sudah merelokasi mereka dan kita memang tidak mau tindakan intoleransi itu dilakukan oleh siapapun,” kata Seskab Pramono Anung, di Jakarta, Rabu (20/1).

“Pemerintah akan tetap melihat, mempelajari dan mencari siapa dalang dari hal tersebut karena sebenarnya kan sudah ada negosiasi minta waktu 4 hari untuk merelokasi,” tambah Pramono.

Relokasi masih berlangsung hingga saat ini. Opsi relokasi eks pengikut Gafatar merupakan solusi sementara. Mereka kemudian akan dikembalikan ketempat asal masing-masing setelah data-data terpenuhi.

Diketahui, Aksi anarkis dan pembakaran menimpa sebuah pemukiman yang didiami oleh warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Moton Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Aksi massa dilakukan pada Selasa petang (19/1) sekira pukul 15.20 waktu setempat.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Menurut warga, aksi itu terjadi lantaran kekesalan warga memuncak dengan desas-desus aktivitas Gafatar di Indonesia. Apalagi ratusan warga yang mengklaim telah keluar dari Gafatar tersebut telah bermukim berbulan-bulan di Desa Moton.

Artikel ini ditulis oleh: