Jakarta, Aktual.com — Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengidentifikasi minat investasi perusahaan Selandia Baru di tiga sektor utama. Yakni, sektor jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur pengolahan air bersih berbasis energi terbarukan dan sektor pertanian (peternakan sapi).

Hal ini terkait kunjungannya selama dua hari di Selandia Baru yang berakhir pada hari ini, Minggu (8/5).

Franky menyampaikan bahwa perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah terkait penyederhanaan perizinan direspons positif oleh investor Selandia Baru.

“Terdapat tiga perusahaan dari sektor jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur dan sektor pertanian yang menyatakan minatnya untuk menanamkan modalnya di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Minggu (8/5).

Menurut dia, untuk jasa pendukung kesehatan diantaranya adalah dalam bidang usaha klinik laboratorium. Perusahaan tercatat mendominasi pasar jasa kesehatan di Selandia Baru dengan pangsa mencapai 60% dan telah beroperasi selama 10 tahun.

“Mereka akan berpartner dengan perusahaan lokal yang merupakan investment company. Untuk tahap awal mereka belum akan masuk ke klinik namun ke radiologi dan laboratorium terlebih dahulu,” jelasnya.

Minat kedua muncul dari perusahaan asal Selandia Baru dengan bisnis penjernihan air bertenaga solar panel. Salah satu skema yang diusulkan adalah Joint Venture, sehingga memungkinkan adanya transfer knowledge dari kedua belah pihak. Proyek investasi di bidang usaha tersebut dapat didaftarkan dengan skema layanan investasi 3 jam.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Himawan Hariyoga menyampaikan bahwa lini bisnis yang diinginkan oleh investor di sektor infrastruktur pengolahan air berbasis energi terbarukan tersebut terbuka untuk asing.

“Kami akan bekerjasama dengan KBRI Wellington untuk mengawal minat investasi dari Selandia Baru tersebut,” paparnya.

Minat ketiga adalah untuk berinvestasi di sektor pastoral cattle farm di Papua Barat. Investor menyampaikan bahwa mereka telah menemukan lokasi strategis yaitu di Papua Barat, dimana terdapat lokasi yang merupakan padang rumput datar, sesuai dengan kebutuhan sapi.

“Supply sapinya nantinya akan didatangkan dari Australia. Infrastruktur tidak akan menjadi kendala, karena untuk berinvestasi di sektor peternakan sapi, infratruktur yang minim tidak menjadi kendala,” kata Himawan.

Dukungan pasokan listrik akan didapatkan dari generator, sedangkan air terdapat secara natural di lokasi tersebut.

“Perusahaan tersebut menyampaikan bahwa kehadiran peternakan sapi akan berdampak positif terhadap supply sapi potong di Indonesia,” pungkasnya.

Berdasarkan data BKPM, sejaktahun 2010 hingga 2015, tercatat realisasi investasi dari Selandia Baru sebesar US$38,2 juta. Dari jumlah tersebut 77% terealisasi di industri makan.

Sementara dari sisi komitmen investasi tercatat sebesar US$124,3 juta dengan sektor-sektor yang mendominasi adalah industri makanan, industri kimia, infrastruktur dan pariwisata.

Artikel ini ditulis oleh: