Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan fenomena global kontemporer merupakan salah satu tantangan pelik bagi pemenuhan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional. Fenomena global tersebut mempengaruhi penerimaan negara, terutama dari pajak penghasilan (PPh).
“Setiap komponen dari asumsi makro mempengaruhi setiap komponen penerimaan negara,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja mengenai asumsi makro RAPBN 2017 dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/9) malam.
Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan global sekarang ini, meskipun telah postif di kisaran 2,9 persen sampai 3,1 persen, tidak ditandai dengan perdagangan internasional yang pulih.
“Pertumbuhan sama sekali tidak diikuti oleh pertumbuhan perdagangan internasional, ekspor impor masih mengalami pertumbuhan negatif. Inilah yang kemudian menimbulkan banyak pertanyaan apakah telah terjadi perubahan industrialisasi di dunia, sehingga mempengaruhi ekspor impor antarnegara,” ucap dia.
Satu dekade yang lalu perekonomian dunia menikmati manfaat dari fenomena rantai nilai global (global value chain) yang mampu memberikan stimulus ekspor dan impor antarnegara.
Fenomena tersebut menunjukkan kondisi dimana satu perusahaan, misalnya telepon seluler, yang komponen-komponennya berasal dari berbagai negara sehingga mampu menimbulkan lalu lintas impor dan ekspor yang hanya dipicu oleh satu komoditas.
Sekarang, efek dari fenomena rantai nilai global diperkirakan sudah mencapai kejenuhan dan kemungkinan manfaat yang sama dapat kembali dipicu apabila muncul revolusi industri baru, seperti misalnya teknologi robotik atau kecerdasan buatan (artificial intelligence).
“Selama teknologi masih lama, dunia akan stagnan dengan ekspor impor yang tidak berkembang,” kata Sri Mulyani.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka